Apresiasi Buku Jurnalistik
Indonesia Menulis Berita dan Feature
Oleh Drs. AS Haris Sumadiria
I.
Rangkuman
BAB 5 FEATURE: JURNALISTIK SASTRA
Arti
dan definisi feature
1.
Pengertian feature
Feature adalah
cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data dan diperoleh
melaui proses jurnalistik. Disebut cerita atau karangan khas, karena feature bukanlah penuturan atau laporan
tentang fakta secara lurus atau lempang sebagaimana dijumpai pada berita
langsung (straight news).
2.
Definisi feature
Penulisan
feature tidak tunduk pada kaidah pola
piramida terbalik dengan rumus 5W+!H atau cara penyusunan secara deduktif.
Selain itu, feature disajikan dalam
bahasa pengisahan yang sifatnya kreatif informal.
A. Karakteristik
feature
Beberapa karakteristik feature yaitu menggunakan teknik
mengisahkan, berisi tentang suatu situasi, keadaan atau aspek kehidupan yang
sifatnya faktual objektif, benar, dan akurat, tidak terkait aktualitas, tidak
mencantumkan baris tanggal, tidak perlu menggunakan pola piramida terbalik, dan
lain-lain.
B. Kedudukan
dan fungsi feature
1. Kedudukan
feature
Kedudukan
feature sebagai salah satu bentuk
karya jurnalistik sastra tidak hanya untuk memenuhi aspek kesemestaan media massa
semata. Lebih dari itu feature sekaligus
juga diharapkan dapat meningktkan citra media.
2. Fungsi
feature
Fungsi
feature mencakup lima hal yaitu: (a)
sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news) sekali lagi, (b) sebagai
pemberi informasi yang menarik tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi, (c)
sebagai penghibur atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang
menyenangkan, (d) sebagai pemberi nilai dan makna terhadap suatu peristiwa, (e)
sebagai wahana ekspresi yang paling efektif dalam memengaruhi khalayak.
C. Jenis-jenis
feature
menurut
Wolseley dan Campbell dalam Exploring
Journalism (Assegaff, 1983:56)
paling tidak ada enam jenis feature,
yaitu:
a. Feature minat
insani (human interest feature)
b. Feature sejarah
(hystoricl feature)
c. Feature biografi
(biographical feature)
d. Feature
perjalanan (travelogue feature)
e. Feature
petunjuk praktis (how to do feature)
f. Feature ilmiah
(scientific feature)
D. Feature:
jurnalistik sastra
1. Cerpen
sastra, cerpen hiburan, feature
Feature adalah
cerita pendek yang diangkat dari realitas objektif. Bandingkan dengan cerpen
yang diangkat dari realitas fiktif. Cerpen sastra dengan sendirinya lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan
cerpen hiburan. Cerpen hiburan kurang berkualitas karena cerpen ini hanya
menekankan segi hiburannya saja, kurang memperhatikan segi-segi lain seperti ajaran,
informasi, berguna, moral, filsafat.
2. Karakteristik
jurnalistik sastra
Fadler. Sebagai komunikolog, membagi
jurnalisme baru dalam empat pengertian:
a. Advocacy journalism,
kegiatan jurnalistik yang berupaya menyuntikkan opini ke dalam berita.
b.
Alternative
journalism, kegiatan jurnalistik yang menyangkut
publikasi internal dan lebih personal
c.
Precision
journalism, kegiatan jurnalistik yang menekankan ketepatan
(presisi) informasi dengan memakai pendekatan ilmu sosial dalam proses
kerjanya.
d.
Literacy
journalism, membahas pemakaian gaya penulisan fiksi
untuk kepentingan dramatisasi pelaporan dan membuat artikel menjadi memikat.
D. norma-norma jurnalistik sastra
1.
Riset mendalam dan melibatkan diri dengan subjek
2.
Jujur kepada pembacadan sumber berita
3.
Fokus kepada peristiwa-peristiwa rutin
4.
Gaya penulisan yang sederhana dan memikat
5.
Menyajikan tulisan yang akrab-informal-manusiawi
6.
Sudut pandang langsung menyapa pembaca
7.
Menggabungkan naratif primer dan naratif simpangan
8.
Menanggapi reaksi-reaks isekuensial pembaca
BAB
6 TEKNIS MENULIS CERITA FEATURE
A. Empat
Ciri Utama cerita Feature
1. Penyusunan adegan,
laporan
disusun menggunakan teknik bercerita adegan demi adegan, atau suasana demi
suasana.
2. Dialog,
Dengan
teknik ini jurnalis sastra mencoba
menjelaskan peristiwa yang hendak dilaporkannya, melalui dialog jurnalis
mencoba memancing rasa keingin tahuan pembaca.
3. Sudut pandang orang ke tiga,
alat ini
mempresentasikan setiap suasana berita melalui pandangan seorang tokoh yang
sengaja dimunculkan, sudut pandang ini didapat dari orang yang diwawancarai
atau orang yang hanya diajak bercakap-cakap yang sengaja berpapasan dijalan
dengannya.
4.
Mencatat
detail
B. Unsur-unsur
pokok cerita feature
1. Tema
2. Sudut
pandang, Sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian
cerita. Ada empat sudut pandang yang asasi, yakni Omniscient point of view ( sudut penglihatan yang berkuasa),Objective poin of view ( sudut pandang
objektif), Point of view ( orang
pertama ),Point of view ( peninjau ).
(Sumardjo, 2004:28-32).
3. Plot, sebagian
dari plot itu tidak nampak, sesuatu yang menggerakan cerita adalah plot
4. Karakter,
Feature harus memiliki karakter dan
watak, empat karakter yang bisa dikenali dalam sebuah cerita melalui apa yang
diperbuatnya, melalui ucapan-ucapannya, melalui penggambaran fisik tokoh dan
fikiran-fikirannya, melalui penerangan langsung (Sumardjo, 2004:18-21)
5. Gaya,
setiap wartawan penulis feature memiliki
gaya sendiri.
6. Suasana,
dalam feature suasana itulah yang
bisa menghidupkan cerita feature
7. Lokasi
peristiwa, feature harus ada tempat
dan ruang kejadian.
C. Nilai
moral cerita feature
Feature harus
dapat membawa pesan moral bagi khalayk yang dapat memtik pengalaman dan
pelajaran berharga tentang hidup
D. Anatomi
cerita feature
susunan cerita feature terdiri atas: judul, intro, perangkai, tubuh, dan penutup.
Bagian pembuka disebut intro, bagian pencerita dinamakan tubuh cerita, pada
bagian inilah tubuh cerita dikembangkan, bagian penutup lazim disebut klimaks
E. Topik
dan kriteria topikfeature
1. Arti dan
contoh topik feature
Topik adalah pokok bahasan,
secara teknis topik diartikan sebagai pernyataan tentang isi pokok bahasan yang
sudah dibatasi ruang lingkupnya secara spesifik (Sumadiria, 2004:28).
2. Kriteria
topik dan cerita feature
Topik feature merujuk pada berita atau peristiwa menarik, topik feature sejalan dengan kualifikasi.
F. Judul
cerita Feature
Judul feature sangat mendasar dilihat dari dua
sisi, pertama bagi feature itu
sendiri, kedua, bagi khalayak pembaca.
G. Arti dan
fungsi intro feature
1. Arti dan
fungsi intro feature, fungsi intro
terutama pemicu perhatian khalayak sekaligus sebagai pintu masuk kedalam
bangunan cerita.
2. Pedoman
penulisan feature, tulis dengan
ringkas, tulis alenea secara ringkas, gunakan kata-kata aktif.
H. Jenis-jenis
intro cerita feature, intro ringkasan, Intro
Bercerita, Intro Deskriptif, Intro Kutipan, Intro Pertanyaan, Intro Menuding
Langsung, Intro Penggoda, Intro Unik, Intro Gabungan, Intro Kontras, Intro
Dialog, Intro Menjerit, Intro Staistik
I. Teknik
menutup cerita feature
a. Penutup
ringkasan, Hanya mengikuti ujung-ujung bagian cerita yang lepas-lepas dan
menunjuk kembali kebagian intro (Bujono, Hadad, 1997:54).
b. Penutup
penyengat, Penulis hanya menggunakan tubuh cerita untuk menyiapkan pembaca pada
kesimpulan yang tidak terduga-duga.
c. Penutup
klimaks, cerpen penutup jenis ini menggunakan alur dan pola tradisional dengan
menyertakan unsur –unsur pokok, yaitu
·
Pengenalan tokoh dan penataan adegan (exposition).
·
Pemunculan masalah dan pertentangan (complication).
·
Penekanan pada ketegangan yang mulai memuncak (rising action ).
·
Penunjuk titik krisis yang paling mendebarkan
untuk mencapai klimaks (turning point).
·
Dan penjelasan singkat tentang akhir cerita (ending). (Tarigan, 1983:151).
d. Penutup
menggantung, menyelesaikan cerita sebelum mencapai klimaks
e. saran,
imbauan, seruan, atau ajakan kepada pembaca, pendengar, pemirsa untuk melakukan
suatu tindakan tertentu yang dianggap relevan dan sangat mendesak.
II.
Apresiasi
Buku
yang berjudul Jurnalistik Indonesia
Menulis Berita dan Feature karya Drs. AS Haris Sumadiria, menurut saya buku
yang bagus karena memberikan pembahasan mengenai feature yang cukup lengkap. Sebenarnya buku ini bukan hanya
membahas mengenai feature tetapi juga
membahas mengenai definisi berita, jenis-jenis berita, teknik menulis sebuah
berita. Jadi selain mendapatkan ilmu tentang feature, pebaca juga dapat memperoleh ilmu mengenai berita.
Sayangnya,
dalam buku ini hanya sedikit membahas mengenai feature yaitu hanya ada di bab-5 dan bab-6, sehingga kebanyakan
dalam buku ini membahas mengenai berita. Meskipun judul buku Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan
Feature tetapi pembahasan feature
hanya dua bab.
Cover buku ini menggunakan
foto-foto atau tulisan Koran sehingga dapat menarik minat pembaca dan cover tersebut sangat merepresentasikan
mengenai dunia jurnalistik yang selalu membuat sebuah berita untuk para pembaca
media cetak. Judul buku yang ditulis pun sesuai dengan isinya yaitu mengenai
penulisan berita dan feature.
Menurut saya
sampul buku yang digunakan terlihat sama dengan sampul buku yang digunakan oleh
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam buku Jurnalistik Teori dan Praktik yaitu menggunakan Koran sebagai
sampul buku, namun yang berbeda adalah penggunaan warna cover. Jika Hikmat dan Purnama Kusumaningrat menggunakan warna
merah maka Haris Sumadiria menggunakan warna biru. Isinya pun berbeda, meskipun
sama-sama membahas dunia jurnalistik tetapi dalam buku Hikmat dan Purnama pembahasan
feature hanya 1 bab atau sekitar 15
halaman sedangkan Haris membahas feature sebanyak
2 bab atau 72 halaman.
Menurut saya buku Haris
Sumadiria mudah untuk dibaca, menggunakan kata-kata yang tidak rumit sehingga
pembaca mudah memahami pembahasan yang ada dibuku tersebut, dalam menyampaikan
pembahasan pun Haris memberikan penjelasan dari tokoh-tokoh lain sehingga
pembaca mendapatkan pengetahuan lain, dan Haris memberikan contoh yang tidak
terlalu panjang.
Buku Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature membahas dunia
jurnalistik secara keseluruhan mengenai cara menulis berita dan feature, tidak secara spesifik membahas feature saja, sehingga bahasan feature hanya sedikit. Berbeda dengan
buku Menulis Feature karya Septiawan
Santaka K yang khusus membahas mengenai penulisan feature dan seluk beluk feature.
Sehingga menurut saya, jika ingin mendalami penulisan feature lebih lengkap, buku Septiawan bisa menjadi rujukan bacaan
yang tepat.
Bagian
awal, Haris membahas mengenai arti dan definisi feature.Menurut penulis feature
adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang
diperoleh melalui proses jurnalistik.Dalam Jurnalistik Teori dan Praktik karya
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, yang dimaksud feature bisa berupa berita, bisa juga
berupa karangan dengan syarat-syarat tertentu. Jika berupa berita, feature bukanlah berita dalam arti
biasa, bukan sekadar berita factual, melainkan berita yang dibuat menarik
dengan dibubuhi human –touch,
sentuhan perasaan manusia.
Ini
artinya berita tersebut diolah sedemikian rupa, sehingga letak kelayakannya
untuk dimuat dalam media bukan karena berita itu penting, melainkan karena
berita itu ditulis secara menarik, atau memang beritanya itu sendiri menarik.
Dalam
diktat S. Sahala Tua Saragih, bahwa ia tidak setuju dengan istilah karangan
khas, karena feature news bukanlah
sebuah karangan tetapi laporan (berita) yang dibuat wartawan. Istilah karangan biasanya
untuk konteks cerita fiksi atau sastra, sedangkan feature bukanlah sebuah karya sastra ataupun cerita fiksi.Sahala
juga tidak mau menggunakan istilah tulisan khas, karena istilah tersebut
sifatnya terlalu umum.
Sehingga
jika dilihat dari arti atau definisi feature
masih terdapat mengenai perdebatan mengenai karangan khas atau laporan berita.
Hingga saat ini saya masih bingung mengenai definisi feature, karena disetiap buku yang membahas penulisan feature, definisi tersebut berbeda-beda.
Belum ada definisi feature yang bisa
disepakati oleh ahli yang dibidang feature.
Selain
itu, dalam buku yang ditulis oleh Haris, terdapat definisi feature dari beberapa tokoh.Seperti yang dikemukakan oleh Mc.
Kinney, feature adalah suatu tulisan
yang berada diluar tulisan yang bersifat berita langsung.Dalam tulisan ini,
pengangan utama 5W+1H dapat diabaikan. Penulis buku pun memberikan definisi
mengenai feature yaitu cerita khas
kreatif yang berpijak pada jurnalistik sastra tentang suatu situasi, keadaan,
atau aspek kehidupan, dengan tujuan untuk memberi informasi dan sekaligus
menghibur khalayak media massa.
Dalam
karakteristik feature haris membuat
matriks, salah satu yang ada dalam matriks tersebut adalah struktur feature ditulis dengan teknik
mengisahkan di luar pola piramida terbalik, maka setiap bagian cerita featuresama pentingnya satu sama lain
sehingga pada bagian bawah tidak bisa dipotong begitu saja. Cerita feature ditulis dengan urutan pesan
bagian awal-atas (intro) dan bagian
akhir-bawah (penutup) tetap sama penting. struktur setiap bagian cerita feature sama pentingnya sehingga bisa
disebut bahwa feature menggunakan
struktur blok.
Struktur
feature yang dikemukakan Haris mengenai struktur penulisan feature sama dalam buku Meretas Jurnalisme Damai di Aceh. Dalam
buku tersebut disebutkan bahwa feature tidak
tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature
ditulis dengan teknik lead, tubuh
dan ending (penutup). Penutup sebuah feature hampir sama dengan lead. Mungkin disana ada kesimpulan atau
ada celetukan yang menggoda, atau ada sindiran. Oleh sebab itu semua bagian
dalam feature itu penting atau
menggunakan struktur blok. Namun yang terpenting memang lead, karena disanalah pembuka jalan. Jika penulis gagal dalam membuat
lead, pembaca bisa tidak meneruskan
membaca.
Namun
pendapat berbeda jika membaca buku Blog
Gospel karya purnawan Kristanto, bahwa struktur penulisan feature disusun seperti kerucut terbalik
yang terdiri dari lead, jembatan
diantara lead dan tubuh, tubuh
tulisan dan penutup. Pada bagian atas berupa lead dan jembatan yang sama pentingnya, dan pada bagian tengah
berupa tubuh tulisan yang makin ke bawah makin kurang kepentingannya. Bagian
bawah berupa alinea penutup.
Jika
dilihat struktur dari beberapa buku, menurut saya ketidakseragaman dalam
berperpendapat cukup membingungkan, karena ada yang berpendapat bahwa struktur feature menggunakan piramida terbalik
dan buku yang lainnya berpendapat bahwa struktur feature ditulis dengan teknik mengisahkan sehingga semuanya
dianggap penting. Bagi mahasiswa yang baru belajar, hal tersebut menjadi
membingungkan, ia tidak tahu pendapat mana yang benar.
Salah
satu jenis feature yang ada dibuku
Haris adalah feature human interest yang
dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, dan bahkan menguras air
mata khalayak. Dalam buku Menulis Feature
karya Septiawan Santana K agar sebuah tulisan feature menjadi lebih menarik maka tulisan dibubuhi dengan human touch atau sentuhan perasaan
manusia. Dalam buku Septiawan beberapa kategori kisah human interest diantaranya misteri dan malapetaka atau bemcana
alam, dan kesejahteraan sosial.
Dalam
buku Jurnalistik Teori dan Praktik disebut
human interest jika terdapat
perhatian pada kehidupan dan kesejahteraan orang lain serta pada kesejahteraan
dan kemajuan umat manusia secara keseluruhan. Contoh peristiwa yang menarik
perhatian yaitu ada dalam buku Pengantar
Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi bab 20 pada halaman 49, saat
peristiwa 11 September 2001, terjadinya perang Amerika di Irak. Sehingga
menyebabkan kita membaca feature tersebut
dengan penuh perhatian dan simpati, tentang hilangnya nyawa dan harta benda.
Peristiwa ini menimbulkan perhatian karena membantu mengingatkan untuk
mengetahui ”azab Tuhan” terhadap mereka yang tidak mau memelihara anugerah-Nya
serta membangkitkan ketertarikan manusiawi.
Menulis
sebuah feature pasti memiliki gaya
masing-masing sesuai dengan pribadi penulis itu sendiri. gaya menurut Haris
Sumadiria meliputi penggunaan kalimat, penggunaan dialog, penggunaan detail,
cara memandang persoalan, penyuguhan persoalan, dan seterusnya (Sumardjo,
2004:33-34).
Menurut
Andi Baso dalam bukunya yang berjudul Teknik
Penulisan Feature (Karangan Khas), penutur cerita yang mampu menggunakan
imajinasi dan kreativitasnya serta kemahiran berbahasanya untuk membangkitkan
rasa ingin tahu pembaca, untuk mencengangkan, untuk menjawab keragu-raguan,
atau untuk membuat pembaca tertawa atau menangis. Sehingga gaya penulisan feature akan berbeda antara satu orang
dengan orang lainnya, karena gaya penulisan feature
tergantung kreativitas masing-masing.
Dalam
buku Haris, kunci utama untuk penulisan feature
yang baik terletak pada paragraf pertama yang disebut intro. Sedangkan dibuku
Septiawan Santana K. penulisan utama feature
disebut lead. Dalam buku Haris
terdapat 13 intro yaitu, intro ringkasan, bercerita, deskriptif, kutipan,
pertanyaan, menuding langsung, penggoda, unik, gabungan, kontras, dialog,
menjerit, dan intro statistik. Sedangkan dalam buku Septiawan ada 16 lead yaitu, lead ringkasan, humor,
bercerita/naratif, deskriptif, kutipan, pertanyaan, pertanyaan mengejutkan,
kejutan, generalisasi, informatif, menuding langsung, penggoda, teka-teki,
perbandingan, seni/tidak ortodoks, dan lead
gabungan. Setiap penulis memberikan contoh-contoh pada setiap lead atau intronya tetapi menurut saya
contoh yang diberikan oleh Septiawan dalam bukunya terlalu panjang dan banyak,
sehingga saya selalu melewatkan bagian contohnya dan pembahasan mengenai lead hanya sedikit dibandingkan
contohnya. Pada buku Haris lebih mudah dimengerti dan enak dibaca, walaupun
hanya memberikan sedikit contoh disetiap pembahasan intro, tetapi hal tersebut
mudah dipahami oleh pembaca.
III.
Simpulan
1. Feature
disebut karangan khas karena bukan laporan tentang fakta secara lurus
2. Masih
ada perdebatan mengenai definisi feature
3. Feature
sebagai pelengkap sajian berita langsung
4. Setiap
feature memilikigaya penulisan yang
berbeda
5. Feature
tidak tunduk pada rumus 5W+1H
6. Feature
menggunakan gaya berkisah
7. Feature
disajikan dalam bahasa yang sifatnya informal
Daftar
Pustaka
Kusumaningrat,
Hikmat Kusumaningrat, Purnama , 2012, Jurnalistik
Teori dan Praktik; Bandung. PT
Remaja Rosdakarya
Santana,
Septiawan. 2005. Menulis Feature.
Bandung. Pustaka Bani Quraisy
Sumadiria,
AS Haris. 2008. Jurnalistik Indonesia
Menulis berita dan Feature. Bandung. Simbiosa Rekatama Media
Mappatoto,
Andi Baso. 1994. Teknik Penulisan Feature
(Karangan Khas). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Kristanto,
Purnawan. Blog Gospel. 2010. Jakarta:
Penerbit Inspirasi
Komentar
Posting Komentar