Apresiasi Buku Menulis Feature Oleh Septiawan Santana K.



Apresiasi Buku Menulis Feature
Oleh Septiawan Santana K.
I.                   Rangkuman

Apa itu Penulisan Feature
Menurut Williamson (1975:12) kisah-kisah feature merupakan sesuatu yang tak terduga. Tidak pernah jelas batasnya. Teknik dan deskripsi laporan feature tidak selurus penulis berita reguler. Penulisnya sering berhadapan dengan kelinglungan mencari news value, nilai berita, ketika tiba dilokasi peristiwa.
Williamson (975:12-16) menyertakan beberapa unsur yang dimiliki feature, yaitu kreativitas (creativity), Subjektivitas (subjectivity, Informatif (Informativenes), Menghibur (Entertainment), Tidak dibatasi waktu (unperishabel)

A.    Feature Koran dan Majalah
Ciri dari feature Koran ialah kisah-kisahnya yang timeless.
Nelson (1978:329-331) mengungkapkan soal persamaan sekaligus perbedaan feature di surat kabar dan majalah. Perbedaan ini penting dalam penyajian feature surat kabar dengan majalah. Penjelasannya antara lain:
·         Feature surat kabar menyapa pembaca secara umum.
·         Feature surat kabar mengedepankan sifat lokalnya
·         Feature surat kabar bisa saja memanfaatkan bahan yang berasal hanya dari satu sumber
·         Feature surat kabar memiliki waktu deadline yang lebih sempit dibandingkan majalah.
B.     Feature Story dan Jurnalisme Sastra
Laporan jurnalisme sastra ialah jenis pelaporan yang lebih panjang, lebih mendalam, lebih intens dalam proses pemaparan tiap bagian isinya. Feature dilaporkan lebih pendek bingkai human interestnya memotret kisah-kisah yang momentual lebih pendek jarak waktu dan materi persoalan kemasyarakatannya. Dalam jurnalisme sastra ada muatan detail, deskripsi, dan terutama sudut pandang, yang lebih mengembangkan muatan-muatan wacana tertentu. Feature tidak terlalu memperhatikan rincian kemendalaman dan kepanjangan sebuah peristiwa sampai begitu jauh. Sedangkan jurnalisme sastrawi begitu kuat dan kental daya magis human interest nya berbagai data dan faktanya diungkap dalam pengisahan sebuah cerita yang cukup memikat.
Writing Skills Feature
A.    Skill Feature
      Untuk menjadi seorang penulis feature yang sukses, maka harus memahami beberapa kemampuan: Menangkap ketertarikan pembaca, dan setia menulis tentang kisah manusia.
B.  Amatan Feature  
Wartawan feature biasanya telah dipenuhi bayangan “amatan” akan siapa yang terlibat “bekerja”di dalam peristiwa, setiap peristiwa yang terjadi di masyarakat merupakan sumber utama ide dari pelaporan feature. Baik itu meliputi peristiwa nasional, kenegaraan, masyarakat atau peristiwa lokal.
C.      Kisah-Kisah Feature
      Kisah-kisah feature  yaitu human interest, atau feature tentang tokoh/pribadi yang mampu melukiskan sesuatu yang membuat orang tersebut aneh atau menarik.  Feature tentang tokoh pribadi tertentu sama halnya dengan feature lain dalam menarik perhatian pembaca pada kisah orang lain.
D.    Sebagai News Story
      Feature umumnya mengambil posisi pemberitaan yang hendak mengangkat kisah-kisah “musiman” (seasonal), dengan demikian feature mengembangkan pelaporan news story menjadi pelaporan yang memuat detil-detil kejadian human interest. News story-feature tidak hanya menyampaikan berita tetapi terfokus pula pada teknik penyajian berita.
Kategori Feature News
            Friedlander dan Lee (1978: 7-11) memilah beberapa kategori feature,
·         The Bussiness story. Kisah-kisah human interest disekitar bisnis
·         The Commemorative Story. Kisah-kisah human interest mengenai kehidupan masyarakt meritualkan bebarapa momen penting
·         The Explanatory Story. Feature yang melaporkan proses kegiatan seperti bagaimana persiapan partai-partai politik menghadapi pelaksanaan pemilihan umum .
·         The First Story. Kisah tentang seeorang yang menuturkan pengalamannya. Ada peristiwa personal yang ditunggu khlayak .
·         The Historical Story. Feature tentang sejarah
·         The Hobbiyst Story. Kisah-kisah tentang kegemaran yang unik dari seeorang
·         The How – To Story . bagaimana seseorang atau sesuatu hal memproses sebuah kegiatan.
·         The Invention Story. Tentang penemuan-penemuan
·         The Medical Story. Setiap manusia bisa sakit. Orang akan mati, ini termasuk kisah feature
·         The Odd-Ocuption Story. Ini menyangkut kisah-kisah pekerjaan yang unik
·         The Overview Story. Kisah-kisah yang mengulas sebuah fenomena aktual di masyarakat.
·         The participation story. Kisah-kisah feature dibuat dengan keterlibatan penuh dari para penulis.
·         The profil story. Wartawan kerap men-feature-kan profil tokoh-tokoh public yang tengah jadi pembicaraan.
·         The unfamiliar visitor story. Kisahnya mengangkat perspektif orang-orang yang menjadi unfamiliar visitor dimasyarakat.
E.     Sebagai artikel
Antara feature dan artikel terdapat hubungan yang erat, yang tercermin antara lain melalui bentukan feature artikel sebagai salah satu jenis dari artikel views di dalam penulisan jurnalistik. Pada struktur penulisan, keseluruhan bentuknya hanya melanjutkan model-model yang sudah ada. Keunikan kreatifitas terjadi ketika penulis mengembangkan bagian per bagian tulisan.
STRUKTUR FEATURE
Teknik penulisan feature mengimplikasikan penataan tulisan ke dalam struktur penulisan yang terbuat dari: (1) judul, (2) pembuka atau lead, (3) tubuh (body) tulisan dan, (4) penutup (conclusion).
A.    Judul
Judul tidak perlu mengikuti seperangkat aturan yang mengikat headlines. Dalam feature judul tidak perlu berupa ringkasan. Disamping itu, judul feature juga tak mesti berkaitan dengan lead.
Berbagai jenis judul
1)    Judul dari titik pandang isi, judul ini penarik awal kepada pembaca akan tulisan yang akan dibacanya. Tiap katanya member informasi tentang apa yang terdapat didalam keseluruhan tulisan sehingga pembaca bisa memutuskan dan membacanya atau tidak.
2)   Judul How-to, wartawan dengan ringkas, hendak menerangkan isi atau maksud tulisan. Umumnyam disusun dalam keringkasan judul yang spesifik. Misalnya: Cara Tetap Langsing Setelah Kehilangan Berat.
3)   Judul-judul 5W+1H
Teknik ini merupakan sebuah sistem tradisional dalam menetapkan judul.
a.         Who. Merujuk pada nama orang-orang yang menjadi topic tulisan.
b.         What. Judul yang menunjukkan sejumlah fakta luar biasa dari materi tulisan.
c.         Where. Mendeskripsikan sebuah tempat menjadi salh satu focus materi tulisan.
d.        When. Bertautan dengan fakta-fakta “waktu” (sejarah) yang hendak ditonjolkan.
e.         Why. Biasanya bersifat argumentative, mengapungkan sebuah usulan gagasan.
f.          How. Disini tidak seperti judul How-to. Melainkan lebih merupakan judul untuk tulisan-tulisan kependidikan.
4)   Judul Superlatif, teknik memakai judul-judul yang mengilustrasikan keluarbiasaan atau kehebatan dari materi.
5)   Judul bertanya, pemakaian tanda tanya dalam judul yang biasanya menyentak, menggugah. Atau mengingatkan masyarakat pada peristiwa tertentu, baik yang tengah aktual maupun sudah lampau.
6)   Judul dari titik pandang bentuk, ini dikarenakan pemakaian kreativitas di dalam penyusunan kata-kata dan bentuk keseluruhannya. Melibatkan para editor terhadap jenis judul yang berubah-ubah.
Unsur yang perlu diperhatikan
a.    Ritem, aspek bunyi dalam susunan kata keseluruhan.
b.    Humor, adalah unsur kentara yang banyak dipakai jurnalisme.
c.    Penyatuan Kontras dan Ironi
d.   Kategori the Take Off, semacam parody dari judul buku, slogan, iklan, program tv atau ekspresi-ekspresi popular lain.
e.    Blurb, adalah istilah bagi deretan kalimat keterangan yang diletakkan sebelum atau sesudah judul. Blurb berfungsi menjelaskan judul, bukan menegaskan kembali.

B.     Pembuka/Lead
Berbagai jenis lead
1)   Lead ringkasan, lead ini biasanya meringkas keseluruhan kisah ke dalam unsur-unsur 5W+1H. praktiknya, lead ini lebih menekankan pada unsur who dan who.
2)         Lead humor, Penggunaan humor sebagai sisipan pada awal tulisan, mulai dari humor sindiran hingga parodi.
3)        Lead yang bercerita/naratif, Lead “bercerita” ini bisa juga dialokasikan ke dalam istilah naratif. Gaya naratif merupakan gaya yang populer dipakai.
4)   Lead Deskriptif, Lead deskriptif membuat gambaran tentang peristiwa, tempat kejadian atau tokoh kisah yang terlibat dan lainnya.
5)   Lead kutipan, kutipan yang dalam ringkas dapat membuat lead menarik. Terutama bila pernyataan yang dikutip keluar dari mulut orang terkenal.
6)   Lead pertanyaan, Lead ini sengaja dilempar menjadi teka-teki untuk memancing rasa ingin tahu. Kelebihan lead pertanyaan terletak pada transisi yang dibangunnya dengan susunan paragraf yang mengikutinya.
7)   Lead pertanyaan mengejutkan, Wartawan menyampaikan sesuatu yang unik, aneh, tidak biasa. Tujuan: mengejutkan pembaca akan hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya.
8)   Lead kejutan, lead gaya kejutan memulai tulisan adalah dengan sedikit mempermainkan pembaca. Tujuannya menyembunyikan kejutan pada bagian selanjutnya, yang tak terduga sebelumnya.
9)   Lead generalisasi, Berbagai fakta klise dipaparkan dengan gaya penyampaian yang emotif demikian rupa. Dengan sentuhan persuasi yang ringan, gaya generalisasi bisa menjadi lebih acceptable sebagai suatu pembuka.
10)         Lead informatif, Keringnya sifat informasi bila disampaikan apa adanya . karena muatan aktualitas dan data-data statistikal, dialiterasikan wartawan secara hidup.
11)          Lead menuding langsung / sapaan langsung (direct adress), Lead ini hendak berkomunikasi langsung dengan pembaca. Salah satu ciri, dipakainya kata “Anda” pada salah satu sisipannya.
12)    Lead  penggoda, Umumnya dibawakan wartawan secara bergurau. Biasanya efektif ditulis secara pendek dan ringan.
13)    Lead  teka-teki, dalam bentuk lain teka-teki sering dipakai lead ini karena jawaban yang belum dan harus dicari pembaca.
14)    Lead perbandingan, Hal yang diungkapkan dibandingkan dengan unsur serupa dari peritiwa lain. Unsur yang serupa itu bisa saja berupa waktu, esensi peristiwa, tokoh, karakter atau hal-hal lain.
15)     Lead  seni / lead-lead yang tidak ortodoks, lead jenis ini meleluasakan wartawan untuk kreatif. Jurnalisme mewadahi kreatifitas para wartawan yang menggunakan pendektan-pendekatan diluar jenis-jenis lead yang telah dibicarakan sebelumya.
C.  Tubuh Tulisan Feature (Body).
Terdapat beberapa poin untuk menunjukkan bagaimana merangkai bahan dalam body  diantaranya.
·         Paragraf diawali dengan bahan yang kuat sehingga mendorong rasa keingintahuan pembaca
·         Gunakan teknik penghubung sehemat mungkin
·         Memoles bagian yang sulit dan membosankan dengan aspek human interest
·         Sisipkan kutipan narasumber sehingga pembaca merasa yakin bahwa feature tersebut berisi fakta
·         Sederhanakan fakta dengan memakai analogi
·         Uraikan bahan statistik yang dimengerti pembaca
·         Tuliskan latar belakang penting untuk keutuhan jalan cerita
Andi M. Baso (1994:58-59) menyebut terdapat dua contoh bentuk tubuh feature, yaitu bentuk segi empat dan bentuk kronologis.
·      Bentuk segi empat digunakan untuk feature yang singkat
·      Bentuk kronologis dipakai dalam penuturan kronologis.
Berbeda dengan Andi, Roy Paul Nelson (1978:193-194) menyebutkan terdapat bentuk tubuh penulisan feature yang mengembangkan bentuk piramida terbalik ke berbagai bentuk lainnya berdadar psychological order, yaitu
·      Bentuk diagram pertama, mengisyaratkan bahwa "semua item tulisan sama penting dan menariknya". Oleh karena itu, banyak wartawan yang menggunakan bentuk blok.
·      Diagram kedua, perwujudan reaksi menentang piramida terbalik. Pada awal tulisan dimulai hal-hal yang spesifik kemudian keseluruhan fakta dibangun satu per satu.
·      Pada diagram ketiga ini wartawan membangun sebuah klimaks lantas melembutkannya di akhir tulisan.
·      Diagram keempat mengimplikasikan dua tahap pengumpulan materi yaitu unsur penting dan tidak penting ditempatkan secara bergantian.
·      Kerangka selanjutnya menampilkan awal dan akhir karangan yang dinilai mempunyai materi yang penting dan menarik.




D.  Peralihan / Transisi
Peralihan atau transisi ialah bagian yang bertugas sebagai pemberi tanda adanya perubahan bahasan atau penjelasan lanjutan, dalam uraian yang tengah diungkapkan. Fungsi transisi ini yaitu:
·      pemberi tanda adanya peralihan bahasan ke bahasan yang baru.
·      untuk menyusun pengembangan pokok pikirian dalam perspektif lain.
E.  Penutup
 Wartawan biasanya merujuk berbagai jenis penutup. George Fox Mott menunjuk tiga kebiasaan penutup yaitu ringkasan, klimaks, kilas balik. Selain George, Nelson juga memberikan beberapa jenis penutup, antara lain model seutas benang, naratif, deskripsi, informatif, tanpa penyelesaian.
Unsur Tambahan
1.      Fokus, fokus adalah wartawan dalam segala bahan penceritaan kepada satu tema yang pada akhirnya mengarahkan tulisannya kepada satu tujuan pemahaman tertentu.
2.    Deskripsi, menyangkut penggambaran wartawan pada beberapa tulisannya.
3.    Anekdot, ialah penggalan kejadian lucu, menarik, yang berkaitan dengan subyek cerita sekaligus menghibur.
4.    Kutipan, kutipan langsung ialah salah satu teknik efektif untuk mengaet minat pembaca.







II.                Apresiasi
Buku Menulis Feature karya Septiawan Santana K. dalam buku tersebut banyak sekali disisipkan cerita-cerita atau contoh dari materi yang sedang dibahas. Gaya bahasa yang disuguhkan tidak terlalu kaku, menambah wawasan mengenai penulisan feature, pembahsan tidak bertele-tele, dan tidak pemakaian kata yang terlalu rumit sehingga saya dapat memahami isi buku tersebut. Namun dalam buku ini, saya kerap membaca kata-kata yang penulisannya kurang tepat.
Dari segi penampilan, penulis memberikan tulisan yang rapih, pembahasan materi yang berurutan, serta penulis menambahkan cerita disetiap judul bahasan. Menurut saya, buku ini merupakan buku mengenai feature yang lengkap, karena dalam buku ini membahas mengenai arti dari penulisan feature, perbedaan feature di koran, majalah, judul-judul feature, lead feature, kisah-kisah feature, body feature, dan lain-lain.
Dengan diberikannya contoh atau kisah dalam setiap bahasan, pembaca lebih mengerti dan lebih tertarik untuk membaca buku ini, selain itu pembaca menjadi faham maksud dari materi yang ada dibuku ini.
Dalam setiap buku, materi pertama yang akan dibahas pastilah mengenai pengertian-pengertian atau pengenalan terhadap apa yang akan dibahas nantinya. Hal itu sama dengan buku Menulis Feature karya Septiawan Santana K. bahasan pertama penulis mengenalkan ‘apa itu penulisan feature’. Di buku ini terdapat pengertian feature dari Williamson (1975:12) “a feature story is a creative, sometimes subjective, article designed primaly to entertain and to inform readers of an event, a situation or an aspect of life” dari definisi tersebut bahwa feature dibuat dengan kreatif dan memberi informasi untuk pembaca.
Menurut Williamson, ini menggambarkan kisah-kisah feature merupakan sesuatu yang tak terduga. Dalam Jurnalistik Teori dan Praktik karya Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, yang dimaksud feature bisa berupa berita, bisa juga berupa karangan dengan syarat-syarat tertentu. Jika berupa berita, feature bukanlah berita dalam arti biasa, bukan sekadar berita factual, melainkan berita yang dibuat menarik dengan dibubuhi human –touch, sentuhan perasaan manusia.
Ini artinya berita tersebut diolah sedemikian rupa, sehingga letak kelayakannya untuk dimuat dalam media bukan karena berita itu penting, melainkan karena berita itu ditulis secara menarik, atau memang beritanya itu sendiri menarik.
Sedangkan dalam buku Jurnalistik Indonesia Menulis berita dan Feature karya AS Haris Sumadiria, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Disebut cerita atau karangan khas karena feature bukanlah penuturan atau laporan tentang fakta secara lurus atau lempang sebagaimana dijumpai pada berita langsung.
Berbeda dengan arti feature yang dikemukakan AS Haris Sumadiria dalam buku Jurnalistik Indonesia Menulis berita dan Feature, dalam diktat S. Sahala Tua Saragih, bahwa ia tidak setuju dengan istilah karangan khas, karena feature news bukanlah sebuah karangan tetapi laporan (berita) yang dibuat wartawan. Istilah karangan biasanya untuk konteks cerita fiksi atau sastra, sedangkan feature bukanlah sebuah karya sastra ataupun cerita fiksi. Sahala juga tidak mau menggunakan istilah tulisan khas, karena istilah tersebut sifatnya terlalu umum.
Kemudian dalam diktat Sahala Tua Saragih, bahasan mengenai feature. Seorang pemimpin redaksi (waktu itu) majalah berita mingguan Tempo dan Slamet Djabarudi merupakan wartawan Tempo pada tahun 1980-an menyadur buku Williamson untuk kebutuhan internal Tempo. Gunawan dan Slamet percaya penuh definisi Williamson tadi dengan menerjemahkannya seperti ini:
“cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senag dan member informasi tentang suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan”.
Dari definisi Williamson, menurut Gunawan dan Slamet ada empat empat hal pokok yaitu kreativitas, subjektivitas, informatif, dan menghibur. Namun dalam buku Menulis Feature,  Williamson (1975:12-16) menyertakan beberapa unsur yang dimiliki feature yaitu kreativitas, subjektivitas, informatif, menghibur, dan tidak dibatasi waktu.
Meskipun Gunawan dan Slamet menyertakan empat hal pokok dari definisi Williamson, terdapat satu hal pokok yang kurang. Williamson menyertakan ‘tidak dibatasi waktu’ sedangkan Gunawan dan Slamet tidak menyertakan hal pokok tersebut. Walaupun hanya satu yang tidak disebut oleh Gunawan dan Slamet, bagi mahasiswa yang baru belajar mengenai penulisan feature kemudian membaca tulisan Gunawan dan Slamet, hal tersebut dapat membuat bingung mahasiswa.
Berbeda dari buku yang lainnya, saya membandingkan hal pokok dari buku Teknik Penulisan Feature (Karangan Khas) karya Dr. Andi Baso Mappatoto. Dalam bukunya terdapat 12 hal pokok feature yaitu karangan lengkap, nonfiksi, bukan berita lempang, media massa, tak tentu panjangnya, hidup, kreativitas, subyektivitas, memberitahu, menghibur, mendidik, dan meyakinkan. Menurut saya buku karya Andi Baso-lah yang lengkap membahas hal pokok feature dibandingkan dengan buku yang lain.
Dalam menulis feature, harus memahami beberapa kemampuan yaitu menangkap ketertarikan pembaca, dan setia menulis tentang kisah manusia. Untuk menarik perhatian pembaca feature  bisa bergantung pada sebuah peristiwa yang menonjol, dan dua-tiga sosok yang terlibat dalam peristiwaal dimunculkan agar antara elemen berita kedekatan dan kemenonjolan peristiwa tersebut dengan pembaca pada umumnya harus betul-betul dipertimbangkan.
Dalam buku Jurnalistik Indonesia Menulis berita dan Feature sudut pandang orang ketiga bisa mempresentasikan setiap suasana peristiwa-  berita melalui pandangan mata seorang tokoh yang sengaja dimunculkan. Dengan cara seperti itu, pembaca bisa mengetahui perasaan dan pengalaman emosional sosok tadi saat terjadi peristiwa-berita.
Agar sebuah tulisan feature menjadi lebih menarik maka tulisan dibubuhi dengan human touch atau sentuhan perasaan manusia. Dalam buku Menulis Feature beberapa kategori kisah human interest diantaranya misteri dan malapetaka atau bemcana alam, dan kesejahteraan sosial. Dalam buku Jurnalistik Teori dan Praktik disebut human interest jika terdapat perhatian pada kehidupan dan kesejahteraan orang lain serta pada kesejahteraan dan kemajuan umat manusia secara keseluruhan. Contoh peristiwa yang menarik perhatian yaitu ada dalam buku Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi bab 20 pada halaman 49, saat peristiwa 11 September 2001, terjadinya perang Amerika di Irak. Sehingga menyebabkan kita membaca feature tersebut dengan penuh perhatian dan simpati, tentang hilangnya nyawa dan harta benda. Peristiwa ini menimbulkan perhatian karena membantu mengingatkan untuk mengetahui ”azab Tuhan” terhadap mereka yang tidak mau memelihara anugerah-Nya serta membangkitkan ketertarikan manusiawi.
Dalam buku Blog Gospel karya purnawan Kristanto, bahwa struktur penulisan feature disusun seperti kerucut terbalik yang terdiri dari lead, jembatan diantara lead dan tubuh, tubuh tulisan dan penutup. Pada bagian atas berupa lead dan jembatan yang sama pentingnya, dan pada bagian tengah berupa tubuh tulisan yang makin ke bawah makin kurang kepentingannya. Bagian bawah berupa alinea penutup.
Tetapi berbeda mengenai struktur penulisan feature dalam buku Meretas Jurnalisme Damai di Aceh. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa feature tidak tunduk pada ketentuan piramida terbalik. Feature ditulis dengan teknik lead, tubuh dan ending (penutup). Penutup sebuah feature hampir sama dengan lead. Mungkin disana ada kesimpulan atau ada celetukan yang menggoda, atau ada sindiran. Oleh sebab itu semua bagian dalam feature itu penting atau menggunakan struktur blok. Namun yang terpenting memang lead, karena disanalah pembuka jalan. Jika penulis gagal dalam membuat lead, pembaca bisa tidak meneruskan membaca.
Sama hal nya dalam buku Jurnalistik Indonesia Menulis berita dan Feature, menyebutkan feature ditulis dengan teknik mengisahkan di luar pola piramida terbalik, maka setiap bagian cerita feature sama pentingnya satu sama lain sehingga pada bagian bawah tidak bisa dipotong begitu saja. Cerita feature ditulis dengan urutan pesan bagian awal-atas  (intro) dan bagian akhir-bawah (penutup) tetap sama penting.
Buku karya F. Rahardi yang berjudul Panduan Lengkap Menulis Artikel, Feature, dan Esai bahwa struktur penulisan feature tidak berbentuk piramida terbalik melainkan blok sama besar yang memanjang dari atas ke bawah. Bentuk seperti itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa bagian paling atas sama pentingnya dengan yang ditengah maupun yang di bawah.

Jika dilihat struktur dari beberapa buku, menurut saya ketidakseragaman dalam berperpendapat cukup membingungkan, karena ada yang berpendapat bahwa struktur feature menggunakan piramida terbalik dan buku yang lainnya berpendapat bahwa struktur feature ditulis dengan teknik mengisahkan sehingga semuanya dianggap penting. Bagi mahasiswa yang baru belajar, hal tersebut menjadi membingungkan, ia tidak tahu pendapat mana yang benar.
Menurut saya buku karya Septiawan Santana sangat lengkap dibanding dengan buku-buku yang saya bandingkan, karena buku Santana khusus membahas mengenai penulisan feature atau berita khas sehingga materi yang dibahaspun sangat lengkap. Sedangkan pada buku yang lain kurang lengkap karena untuk keseluruhan buku-buku pembanding bukan hanya feature  yang dibahas tetapi berita straight news-pun dibahas.
Namun kekurangan yang terdapat dalam buku Menulis Feature karya Septiawan Santana yaitu terdapat pengulangan kata, salah huruf, jenis dan ukuran yang berbeda, materi yang dibahas lebih sedikit, terlalu banyak contoh yang dipaparkan, penggunaan bahasa asing.
Pada halaman 28 sub-bab yaitu Feature Story dan Jurnalisme Sastra. Kata-kata Feature Story tidak menggunakan huruf miring tetapi pada tulisan lainnya kata feature ditulis miring. Jika dilihat pada buku Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiah oleh tim dosen program studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran bahwa pemakaian istilah asing tanpa disertai pemadanan. Istilah tersebut ditulis dengan huruf miring. Meskipun kata tersebut merupakan bahasa asing, penulis tidak mengganti huruf tersebut dengan huruf miring.
Kemudian di halaman 37 terdapat kesalahan kata dalam contoh yaitu “terbunuh dijalanan Washington”. Masih dalam buku Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiah, jika kata penhubung di untuk menunjukkan sebuah tempat maka kata di tersebut dipisah tetapi pada kalimat  “terbunuh dijalanan Washington”, dijalanan ditulis tanpa spasi, sehingga bisa dibilang penulis tidak mengikuti pedoman penulisan bahasa Indonesia.
Selain itu, saya berkali-kali membaca kata yang penulisannya kurang tepat yaitu kata kreatifitas menggunakan huruf f. Dalam KBBI kreatifitas menggunakan huruf f tidak ditemukan tetapi ketika mencari kata kreativitas menggunakan huruf v, maka muncul kata kreativitas menggunakan huruf v. kemudian saya juga membaca kata yang salah huruf, yaitu kata filem. Dalam KBBI tidak ada kata filem yang ada film tanpa huruf e.
Dalam buku ini menurut saya materi yang dibahas lebih sedikit dibanding contoh yang dipaparkan penulis. Materi yang diberikan hanya beberapa paragraf sedangkan contoh bisa diberikan sampai dua kali dalam satu bahasan.
Menurut saya buku ini dapat menjadi suber bacaan jika mahasiswa ingin mengetahui seluk beluk penulisan feature, karena bahasan yang diberikan penulis sangat lengkap dengan contoh yang diberikan dan bahasa yang tidak terlalu rumit.


III.             Simpulan
1.      kisah-kisah feature merupakan sesuatu yang tak terduga
2.      feature lebih menarik dibuhbuhi sentuhan perasaan manusia atau human-touch
3.      feature bukanlah sebuah karya sastra ataupun cerita fiksi
4.      masih ada perbedaan pendapat mengenai struktur feature
5.      ada yang berpendapat bahwa struktur feature menggunakan piramida terbalik dan ada juga yang berpendapat bahwa struktur feature ditulis menggunakan struktur blok
6.      feature dibuat dengan kreatif dan memberi informasi untuk pembaca.
7.      feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik
8.      Dalam menulis feature, harus memahami beberapa kemampuan yaitu menangkap ketertarikan pembaca, dan setia menulis tentang kisah manusia
9.      Feature tidak menggunakan bahasa yang baku seperti staright news
10.  Feature tidak terlalu memperhatikan rincian kemendalaman dan kepanjangan sebuah peristiwa
11.  Dalam feature judul tidak perlu berupa ringkasan.
12.  Judul feature juga tak mesti berkaitan dengan lead.



   Daftar Pustaka
Kusumaningrat, Hikmat Kusumaningrat, Purnama , 2012, Jurnalistik Teori dan Praktik; Bandung. PT  Remaja Rosdakarya
Santana, Septiawan. 2005. Menulis Feature. Bandung. Pustaka Bani Quraisy
Sumadiria, AS Haris. 2008. Jurnalistik Indonesia Menulis berita dan Feature. Bandung. Simbiosa Rekatama Media
Mappatoto, Andi Baso. 1994. Teknik Penulisan Feature (Karangan Khas). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tim dosen program studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah. 2014. Bandung-Sumedang
F, Rahardi. Menulis Artikel, Feature, dan Esai. 2006. Depok: PT AgroMedia Pustaka
Kristanto, Purnawan. Blog Gospel. 2010. Jakarta: Penerbit Inspirasi

Komentar