FILM ADALAH POTRET KEHIDUPAN - Christine Hakim



FILM ADALAH POTRET KEHIDUPAN
Chistine Hakim saat tampil menjadi pembicara di Fakulas Ilmu Komunikasi , Universitas Padjadjaran pada Kamis (27/10)

Jika mendengar kata “film”, setiap orang memiliki persepsi berbeda-beda karena terkait dengan latar belakang yang berbeda pula. Oleh Hitler, film digunakan propaganda untuk menguasai dunia. Selain itu, film bisa mempengaruhi pola pikir masyarakat namun tergantung mengambil manfaatnya, karena film bisa jadi positif dan negatif.
Aktris senior Indonesia Christine Hakim mengungkapkan hal itu saat  tampil dalam kuliah umum Kamis (27/10) yang diselenggarakan oleh Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran di Auditorium Pasca Sarjana dengan tajuk “Film sebagai Identitas Bangsa”. Kuliah umum yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa dibuka oleh  Dekan Fikom Unpad, Dr. Dadang Rahmat Hidayat, S.Sos, S.H., M.Si.
Menurut perempuan bernama lengkap Herlina Christina Natalia Hakim, film dapat menjadi sesuatu yang negatif jika dibuat untuk mencari keuntungan pribadi tanpa ada tanggung jawab moral dan kesadaran.
“Dunia film memberikan dampak yang luas bagi masyarakat, itu sebabnya kita harus berhati-hati untuk mempergunakan media,” ujarnya.
Berdasarkan pengalaman perempuan kelahiran 25 Desember 1956 ini sebelum memasuki dunia film, ia menganggap dunia film adalah dunia yang glamour, gosip, sensasi, sehingga ia tidak tertarik untuk terjun ke dunia film. Namun setelah ditawarkan untuk main film dan terjun ke dunia film, ia memiliki persepsi yang berbeda, perfilman adalah suatu bidang yang sarat akan ilmu pengetahuan karena film adalah potret kecil dari sebuah kehidupan yang sesungguhnya.
“Film adalah satu-satunya bidang yang memiliki ilmu teknologi, ilmu politik, ilmu sosial, budaya, psikologi, arsitektur, semuanya.” Ujarnya
Berkat terjun ke dunia perfilman, ia berhasil menjadi Best Actrees di film pertamanya yaitu Cinta Pertama pada tahun 1974. Dalam setiap film yang ia perankan memiliki cerita dan tantangan masing-masing. Seperti film Tjoet Nja Dhien (1988), ia harus mendalami peran dengan melakukan riset selama 1,5 tahun dan tinggal di Aceh selama 1 tahun untuk mempelajari bahasa, sosial politik, latar belakang kebudayaan Aceh.
“Saya sangat bersyukur, karena menapak tilas nenek moyang saya, sekarang saya berani mengatakan bahwa ya, saya ada darah Aceh. Betapa besarnya dampak media terhadap kita,” ucapnya
Ia tercatat pernah terlibat dalam judul film yang populer, beberapa diantaranya: Sesuatu yang Indah (1977), Pengemis dan Tukang Becak (1979), Kerikil-kerikil Tajam (1985), Dibalik Kelambu (1983), Daun diatas Bantal (1998), Pasir Berbisik (2002), Sang Kyai (2013).
Tahun ini, film terbaru yang dibintangi oleh Christine Hakim  yang berjudul Ibu Maafkan Aku bercerita mengenai ibu yang berjuang membesarkan tiga anaknya hanya seorang diri tanpa seorang suami. Film ini dijadwalkan akan tayang 10 November 2016 bertepatan dengan Hari Pahlawan.

Komentar