MEDIA BELUM RAMAH ANAK
Tayangan televisi saat ini belum ramah anak dan tidak mendidik untuk anak. Hal
itu dikarenakan berbagai tayangan konten kekerasan, baik itu kekerasan secara
verbal maupun non-verbal. Selain itu klasifikasi tayangan yang keliru yaitu
dengan menggunakan anak-anak sebagai pemeran utama dalam cerita atau kartun
dengan cerita yang tidak mendidik yang seolah-olah tayangan tersebut adalah
untuk anak.
Kinanti
Pinta Karana dari communication
Specialist UNICEF Indonesia mengungkapkan hal itu saat menjadi pembicara di
seminar Jajak Bicara Parade Jurnalistik bertajuk Media: Taman Bermain Anak Masa Kini pada Selasa (22/11) yang diselenggarakan
oleh Himpunan Mahasiswa Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas
Padjadjaran di Auditorium Pasca Sarjana. Pinta, sapaan akrab untuknya, memberikan
sebuah data hasil survey UNICEF sebanyak 1100 responden mengenai tayangan
televisi yang mendidik, 90% responden menjawab bahwa acara yang ditayangkan di
televisi tidak mendidik. Juga mengenai acara televisi yang mendidik bagi anak,
21% responden menjawab tayangan televisi yang mendidik adalah acara Laptop si Unyil di Trans 7, dan 21%
acara yang mendidik berasal dari acara Talkshow.
“Kita
membutuhkan komitmen dari teman-teman media untuk memberikan sebuah komoditi
atau produk yang bisa dinikmati dan mendidik,” ujarnya.
Menurut
Jovita Maria Ferliana seorang ahli Psikolog Anak dan Remaja, psikis dan mental
anak. Zaman dahulu dan sekarang memiliki perbedaan, dengan adanya media saat
ini memiliki dampak jangka panjang bagi anak.
“Sebagian
besar waktu anak, sekarang dihabiskan untuk bermain gadget sehingga perkembangan fisik anak sekarang rentan mengalami obesitas
dan kekurangan gizi karena keasyikan
bermain gadget sehingga anak lupa
akan makan,” ujarnya
Kemudian
sambungnya, perbedaan motorik kasar anak-anak di zaman dahulu lebih banyak
menggunakan tubuhnya atau kegiatan yang menggunakan fisik seperti berlari,
bermain bola, melompat. Sedangkan anak zaman sekarang kegiatan fisik yang
dilakukan berkurang sehingga motorik kasarnya tidak berkembang. Berdasarkan
pengalaman Jovita, saat ini di klinik banyak anak-anak yang mengalami
keterlambatan bicara, berjalan, merangkak, itu semua karena terpaku pada gadget, televisi, dan media yang membuat
anak-anak jarang bergerak. Kemudian dari segi sosial, anak-anak sekarang
memiliki emosi yang plukluatif dan cepat marah karena tayangan televisi yang
memiliki konten kekerasan, tayangan televisi mempengaruhi perkembangan anak.
Dari
segi psikologi lanjut Jovita, banyak kasus terjadi yang dialami oleh anak akibat
dari tayangan televisi yang mengandung konten kekerasan. Dalam perkembangan
psikologis, anak-anak masih dalam tahap berkembang dan cenderung meniru
adegan-adegan yang berasal dari televisi, jadi apa yang dilihat dari tayangan
televisi maka ia akan melakukannya. Saat ini angka kecelakaan pada anak
meningkat, kasus bunuh diri yang dilakukan oleh remaja juga meningkat karena ia
melihat bahwa bunuh diri merupakan cara cepat menyelesaikan masalah yang tengah
dihadapi.
“Orang
tua harus melakukan pengawasan dalam media yang digunakan anak,” sambungnya
Pengawasan
media anak dengan mengembalikan fungsi
orang tua yaitu dengan cara orang tua harus mengembangkan minat anak agar
memiliki kegiatan yang positif, tidak menggunakan gadget pada waktu tertentu, orang tua harus mengontrol media yang
digunakan anak, orang tua harus membatasi waktu pemakaian gadget agar komunikasi terjalin dengan lancar.
Komentar
Posting Komentar