APRESIASI DIKTAT PENULISAN BERITA
KHAS
(dalam
Konteks Media Massa Cetak)
Oleh
S. Sahala Tua Saragih
Dosen
Prodi Jurnalistik, Fikom Unpad
I.
RANGKUMAN
Definisi
Berita
Secara etimologis, berita (news) berasal dari kata new (baru). Jadi berita adalah
peristiwa-peristiwa atau hal-hal yang baru. Berikut ini disajikan
definisi-definisi berita yang dibuat beberapa pakar jurnalistik. Dalam bukunya
yang berjudul News Writing, Dean M.
Lyle menulis, “Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat
menarik perhatian sebagian besar pembaca” (Assegaff, 1983:23).
Dalam
dunia jurnalisme dikenal dua jenis fakta atau realitas, yakni realitas
sosiologis dan realitas psikologis. Realitas sosiologis dapat berupa suatu
kejadian atau peristiwa (baik peristiwa yang direncanakan maupun peristiwa yang
tidak direncanakan) atau sesuatu yang hidup nyata dalam masyarakat. Realitas
psikologis adalah sesuatu yang telah dinyatakan seseorang, misalnya komentar,
pendapat (opini), prakiraan, aspirasi, harapan, dan sebagainya.
Makna Fakta
Dalam
buku Scholastic Journalism (dalam
Assegaff, 1983: 21) Earl English dan Clarence Hach menegaskan, fakta merupakan
persyaratan mutlak bagi berita. Seorang ahli jurnalistik lainnya, Neal dalam
bukunya yang berjudul News Gathering and
News, juga menulis demikian, “adalah suatu pendapat yang telah using bila
dikatakn bahwa baru ada berita manakala sudah ada peristiwa.”
Dalam Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik
(KEJ) yang disahkan di Jakarta pada 24
Maret 2006 juga ditegaskan, “Wartawan Indonesia selalu menguji informasi,
memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang
menghakimi, serta menerapkan asa praduga tak bersalah.” Pasal ini pada bagian
Penafsiran dijelaskan demikian.
Sikap Wartawan
Dalam
Pasal 1 KEJ 2006 ditegaskan, “Wartawan Indonesia bersikap independen,
menghasilan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikat buruk.”. Pasal 5
KEJ 2006 berbunyi demikian, “Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan
identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang
yangmenjadi pelaku kejahatan.”
Unsur-unsur Berita
Dalam penulisan berita, termasuk
berita khas, wartawan selalu mengingat “Rumus 5 W + 1 H” yakni what,
where, who, when, why + how. Hamper semua berita memuat unsure ini.
Unsur-unsur inilah yang menjadi bagian pokok tubuh dan teras berita (lead). Biasanya alinea pertama dalam
setiap berita – jenis berita apapun – disebut teras berita. Sesuai dengan
unsur-unsur berita, dilihat dari segi isinya, teras berita dapat dibagi menjadi
enam macam, yakni teras apa, teras dimana, teras siapa, teras bilamana, teras
bagaimana dan teras mengapa. Dari segi bentuk atau teknik penyajian, teras
berita dibagi menjadi tiga bagian, yakni teras naratif, teras deskriptif, dan
teras kutipan.
Nilai-nilai Berita
Ada beberapa hal atau aspek yang
dijadikan acuan untuk menentukan nilai berita suatu kejadian/fakta yakni:
1. Penting
(significance)
2. Kedekatan
(proximity)
3. Aktualitas
(timelines)
4. Ukuran
(magnitude)
5. Ternama
atau tenar (prominence),)
6. Konflik
7. Seksualitas
8. Emosi
atau naluri
9. Luar biasa,
janggal, aneh
10. Akibat
atau konsekuensi
11. Kemajuan
(progress), inovasi
12. Mukjizat
13. Tragedi),
bencana
Karakteristik Berita
Selain unsur-unsur dan nilai-nilai
berita, wartawan juga harus memperhatikan dengan seksama
karakteristika(cirri-ciri) berita, yaitu:
1. Akurat
2. Jujur
3. Seimbang
4. Ringkas dan jelas
Struktur Berita
Dalam
penulisan jenis berita khas (feature news)
dan berita mendalam, teras berita justru tidak mengungkapkan fakta yang paling
penting dan/atau menarik. Bagian paling penting/menarik, sangat
penting/menarik, dan yang kurang penting/menarik diungkapkan secara merata pada
tubuh berita bagian ekornya bisa berisi pemaknaan wartawan terhadap fakta atau
peristiwa yang dilaporkan, tapi bisa pula kutipan murni ucapan sumber atau
narasumber yang dianggap sangat berkesan.
Teknik Peliputan (Pencarian Fakta)
Ada
beberapa teknik wartawan untuk “berburu” fakta atau meliput peristiwa. Ini
tergantung kepada jenis peristiwa/fakta yang “diburu”. Ada kejadian yang tak
disangka-sangka, seperti bencana alam, pesawat terbang jatuh, kapal laut
tenggelam, dan semacamnya. Ada pula peristiwa yang direncanakan, seperti
pelantikan para enteri atau gubernur atau pejabat-pejabat pemerintah. Ada pula
“peristiwa diam” atau fakta laten, seperti gejala sosial dalam suatu masyarakat.
Banyak-sedikitnya
dan tinggi-rendahnya kualitas hasil “perburuan” tentu sangat bergantung kepada
kekayaan sang “pemburu” alias wartawan, baik kekayaan intelektual dan emosional
maupun kekayaan sosial dan rohanianhnya. Semakin kaya seorang peliput
(wartawan), maka semakin kaya pula objek yang diliputnya, dan sebaliknya.
Dlam
berburu fakta tentu wartawan harus bersikap professional. Ia harus mengindahkan
sopan santun yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan (di mana ia
meliput) dan menaati etika profesinya. Tentang sikap wartawan dalam meliput
dengan tegas diatur dalam pasal 2 KEJ 2006 demikian, “Wartawan Indonesia
menempuh cara-cara yang professional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.”
Macam Berita
Macam
berita dilihat dari materi atau perihal fakta atau berita. Kita mengenal banyak
macam berita, antara lain:
a. Berita
ekonomi (bisnis, industry, perdagangan, bursa/pasar, dan lain-lain)
b. Berita
hukum (pengadilan, kriminal, dan lain-lain)
c. Berita
hiburan
d. Berita
pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, luar sekolah, dan lain-lain)
e. Berita
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
f. Berita
politik
g. Berita
agama
h. Berita
budaya
i.
Berita seni (music, film, sinetron,
pertunjukan, pameran senirupa, dan sebagainya
j.
Berita pertahanan dan keamanan (hukum)
k. Berita
sosial
l.
Berita pariwisata
m. Berita
perang (dalam negeri sendiri atau antarnegara)
n. Berita
bencana alam (tsunami, gempa bumi, banjir, longsor, kebakaran, dan sebagainya)
Dilihat
dari luas cakupan geografis suatu peristiwa atau fakta, kita mengenal beberapa
macam berita yakni:
a. Berita
lokal atau kota
b. Berita
regional atau daerah (Nusantara)
c. Berita
nasional
d. Berita
internasional (dunia)
Jenis Berita
Dalam
dunia jurnalistik dikenal hanya tiga jenis berita yaitu:
a. Berita
langsung (straight news)
b. Berita
khas (feature news)
c. Berita
mendalam (depth news)
Ada
juga wartawan dan pakar jurnalisme yang menambah jenis berita lainnya, seperti
berita penyelisikan (investigative
news/reporting), berita interpretatif (interpretative
news), berita keras (hard news),
dan berita lunak (soft news), dan ada
pula spot news (berita tentang
peristiwa yang tak disangka-sangka).
Berita
langsung disajikan dengan teknik atau gaya berbeda yakni lugas, “kerig” dan
media massa daring. Format berita
langsung sangat menguntungkan khalayak pembaca, terutama yang sangat sibuk dan
berlangganan banyak Koran dan tabloid.
Ciri Khas Berita Khas
Dalam
berita khas wartawan menyajikan sebuah peristiwa atau fakta dengan menggunakan
gaya berisah yang sangat menarik. Cara pengemasan ini dapat mengawetkan sebuah
peristiwa, sehingga umur berita khas dapat berhari-hari, berminggu-minggu,
bahkan berbulan-bulan tergantung kepada jenis dan periodesitas media yang
bersangkutan.
Ciri Khas Berita Mendalam
Perbedaan
berita khas dengan berita mendalam pada cakupan atau luas isi laporan.
Karakteristik sebagai berikut:
a. Bersifat
multi dimensional (banyak sisi) atau komprehensif (lengkap)
b. Mendalam
c. Komparatif
d. Historis
e. Terinci
f. Interpretatif
g. Terpadu
h. Antisipatif
atau proyektif
i.
Tidak konklusif
Lebih Jauh Tentang Berita Khas
Feature
adalah salah satu jenis berita (laporan dalam konteks jurnalisme), sedangkan
artikel bukan laporan, melainkan satu jenis tulisan berisi pendapat atau
pandangan pribadi penulisnya. Lebih tegasnya, artikel bukanlah berita dan
sebaliknya, feature bukanlah artikel.
Jurnalisme Sastrawi
Dalam buku yang diungkapkan Robert
Vare, wartawan senior Amerika Serikat (guru jurnalisme Andreas Harsono). Ia
mengatakan ada tujuh pertimbangan ketika hendak menulis jurnalisme sastrawi. Pertama, fakta. Jurnalisme menyucikan
fakta. Kedua, konflik. Sebuah tulisan
panjang lebih mudah dipertahankan daya pikatnya bila ada konflik. Ketiga, karakter. Narasi minta ada
karakter-karakter. Keempat, akses.
Wartawan seyogyanya punya akses kepada para karakter.Kelima, emosi. Emosi menjadikan laporan (berita) wartawan hidup. Keenam, perjalanan waktu. Ketujuh, unsure kebaruan.
Struktur Berita Khas
Berita
langsung terdiri dari judul, baris tanggal, teras, tubuh, dan ekor. Sehingga
berita khas terdiri dari judul, teras atau pembukaan, tubuh, dan oenutuoan (tak
ada baris tanggal. Judul berita khas
harus ringkas jelas, menarik, akurat, provokatif (memancing rasa ingin
tahu pembaca), dan komunitatif. Dalam penulisan berita khas pun yang dikisahkan
wartawan pastilah 5 W + 1 H.
II.
APRESIASI
Penulisan Berita Khas yang
ditulis Abang, memberikan gambaran mengenai dunia jurnalistik terutama pada
bagian penulisan berita khas untuk media massa cetak. Dalam tulisan tersebut
pembaca diajak untuk mengenal lebih dalam mengenai berita khas, struktur berita
khas, dan macam-macam berita khas. Selain itu, dalam tulisan ini mengandung
banyak informasi yang bermanfaat untuk dijadikan bahan bacaan wajib bagi
orang-orang yang ingin mempelajari dunia jurnalistik atau seluk-beluk
jurnalistik.
Sebagai
manusia yang dikaruniai rasa ingin tahu, maka masyarakat saat ini menggunakan
media massa sebagai kebutuhan primer dengan sama halnya seperti makan, dalam
media massa, masyarakat mendapatkan informasi, hiburan. Sehingga untuk saat ini
hal tersebut tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan.
Pada
pembahasan pertama, penulis membahas mengenai definisi berita. Beberapa definisi
berita yang dibuat pakar jurnalistik. Contohnya definisi yang dikemukakan oleh
William S. Maulsby dalam bukunya yang berjudul Getting the News “Berita adalah suatu penuturan secara benar dan
tidak memihak tentang fakta-fakta yang punya arti penting dan baru saja
terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita
tersebut”. Jadi, sebuah berita yang paling penting haruslah faktual atau peristiwa tersebut sungguh-sungguh
terjadi dan dinyatakan oleh sebuah sumber tertentu bukan rekaan atau khayalan,
karena seorang wartawan tidak boleh memberitakan suatu peristiwa tanpa adanya
fakta, maka jika hal tersebut merupakan berita bohong. Dalam berita pun,
wartawan tidak boleh memasukkan opininya ke dalam berita, wartawan harus
memisahkan antara fakta dan opininya dalam sebuah berita. Sebelum dimuat di
surat kabar, sebuah peristiwa dilakukan check
and recheck tentang informasi tersebut. Belum tentu semua peristiwa bisa
dijadikan sebuah berita karena tidak semua peristiwa memiliki nilai berita,
sehingga harus menimbang kelayakan peristiwa tersebut.
Menurut
buku Jurnalistik Teori dan Praktik karya
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, berita haruslah objektif,
artinya berita yang dibuat menjadi selaras dengan kenyataan, tidak berat
sebelah dan tidak menimbulkan prasangka.
Sedangka
dalam buku Sumadiria, AS Haris yang berjudul Jurnalistik Indonesia Menulis berita dan Feature. Berita adalah
laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau
penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat
kabar, radio, televisi, atau media online
internet. Ia juga mengatakan bahwa pada awalnya berita hanya “milik” surat
kabar. Tetapi sekarang berita telah “mendarah daging” untuk radio, televisi dan internet.
Kemudian
pembahasan selanjutnya mengenai sikap wartawan. Penulis membahas mengenai pasal
5 KEJ 2006 yang berbunyi “Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan
identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang
menjadi pelaku kejahatan”. Jika melihat KEJ tersebut, seharusnya media massa
tidak menyebutkan atau menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan
identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan, namun saya melihat contoh media
yang melanggar KEJ pasal 5 2006 mengenai
kasus yang pada saat itu sangat ramai dibicarakan yaitu kecelakan yang dialami
anak ketiga Ahmad Dhani, Dul. Saat itu nama Dul sangat jelas disebutkan oleh
media terutama media televisi. Seharusnya Dul diubah menjadi berinisial AQJ,
karena ia masih anak-anak yang berusia 16 tahun, belum menikah dan identitasnya
harus disembunyikan. Sehingga masih ada media yang melanggar Kode Etik Jurnalistik.
Dalam
membuat sebuah berita, menimbang kelayakan peristiwa. Penulis memberikan 13
aspek untuk menilai layak atau tidaknya suatu peristiwa bisa dijadikan sebuah
berita yaitu, penting, kedekatan, aktualitas,
ukuran, ternama atau tenar, konflik, seksualitas, emosi, luar biasa,
akibat, kemajuan, mukjizat, dan tragedi. Sedangkan dalam buku Jurnalistik Indonesia Menulis berita dan
Feature karya AS Haris Sumadiria, ia hanya memaparkan 11 kriteria umum
nilai berita yaitu, keluarbiasaan, kebaruan, akibat, aktual, kedekatan,
informasi, konflik, orang penting, kejutan, ketertarikan manusiawi, dan seks.
Dan nilai berita yang dikemukakan oleh Hikmat Kusumaningrat dan Purnama
Kusumaningrat dalam buku yang berjudul
Jurnalistik Teori dan Praktik , bahwa ada beberapa aspek yang menentukan
layak atau tidaknya sebuah berita yaitu, aktualitas, kedekatan, keterkenalan,
dampak, human interest (ketegangan,
ketidaklaziman, minat pribadi, konflik, simpati, kemajuan, seks, usia,
binatang, dan humor). Dari ketiga sumber, masing-masing penulis memiliki
kriteria untuk menilai kelayakan sebuah peritiwa untuk dijadikan berita. Ada
beberapa aspek yang berbeda sehingga bisa disebut bahwa beberapa penulis belum
memaparkan mengenai nilai berita lebih dalam. Tulisan abang bisa membantu
orang-orang yang ingin menulis berita karena pemaparan yang diberikan sangatlah
mendalam dan lebih enak untuk dibaca.
Bahasan
mengenai karakteristik berita, dalam tulisan Abang hanya disebutkan
karakteristiknya ada empat yaitu akurat, jujur, seimbang, ringkas dan jelas.
Sedangkan dalam buku Sukses menjadi
Penyiar, Scriptwriter, & Reporter Radio karya Fatmasari Ningrum
mengatakan bahwa ada 11 karakteristik berita yaitu jelas, ringkas, sederhana,
aktif, imajinatif, menghindari akronim, pembulatan angka, global, logis,
bercerita, menggunakan sign-posting.
Dalam tulisan Abang macam-macam
dipaparkan dengan jelas. Namun berbeda dengan buku yang saya lihat, yaitu buku
dari Tahrum Houtman M. Nasir yang berjudul Keterampilan
Pers dan Jurnalistik Berwawasan Jender. Ia hanya 5 golongan berita yaitu
ada berita langsung (straight/hard/spot
news), berita ringan (soft news),
berita kisah (feature news), laporan
mendalam (in-depth report),
investigasi reporting. Hal serupa
juga ditemukan dalam buku Jurnalistik
Indonesia Menulis berita dan Feature. Macam-macam berita yaitu straight news report, depth news report, comprehensive
news, interpretative report, feature story, depth reporting, investigative
reporting, editorial writing.
Lebih
jauh tentang berita khas, dalam tulisan tersebut dijelaskn definisi dari Daniel
R. Williamson dalam bukunya, Feature
Writing for Newspapers (1975) “a
feature story is a creative, sometimes subjective, article designed primaly to
entertain and to inform readers of an event, a situation or an aspect of life”
dari definisi tersebut bahwa berita khas dibuat dengan kreatif dan memberi
informasi untuk pembaca. Definisi tersebut juga ada dalam buku Menulis Feature karya Septiawan Santana
K. . Menurut Williamson bahwa ada beberapa unsur yang dimiliki feature yaitu, kreativitas,
subjektivitas, informatif, menghibur, tidak dibatasi waktu. Namun dalam tulisan
abang tidak dijelaskan unsur-unsur yang
dimiliki berita khas.
Menurut buku Jurnalistik Indonesia Menulis berita dan
Feature karya AS Haris Sumadiria, penulisan berita khas tidak tunduk pada
kaidah pola piramida terbalik, karena semua pola yang dalam berita khas dari
awal hingga akhir semuanya penting, berbeda dengan pola berita langsung yaitu sangat penting –
penting – kurang penting. Namun dalam membuat berita khas pasti mengandung
unsur 5 W + 1 H. berita khas disajikan yang sifatnya kreatif informal, berbeda
dengan berita lansung yang disajikan dalam bahasa yang lugas dan formal.
Diktat ini berjudul Penulisan Berita Khas, namun tulisan yang membahas mengenai berita
khas hanya sedikit, dari 23 halaman hanya 9 halaman yang membahas berita khas,
selebihnya membahas materi yang sudah diajarkan disemester 2. Sehingga pembaca
medapatkan ilmu mengenai berita khas belum mendalam.
Diktat abang memiliki kata-kata
yang jarang didengar atau kata yang
berasal dari bahasa daerah contohnya menjero.
Jika diartikan kedalam bahasa Indonesia, menjero
bisa berarti mendalam.
Menurut saya,
tulisan abang merupakan tulisan yang paling lengkap dalam membahas macam berita
khas. Dan dari keseluruhan buku yang saya bandingkan, tulisan abang memang
paling enak dibaca, karena tidak menggunakan kata yang rumit, lebih komunikatif,
bahasan cukup lengkap, meskipun dalam diktat ini masih ada perdebatan mengenai
definisi berita khas namun diktat ini bisa dijadikan bahan bacaan wajib bagi
orang-orang yang ingin menulis berita.
III.
SIMPULAN
1. Jika
ingin menjadi wartawan media cetak, harus mengenal “wajah” dunia jurnalisme
secara umum
2. Karya
jurnalistik haruslah faktual
3. Seorang
wartawan harus menaati Kode Etik Jurnalistik
4. Wartawan
tidak boleh memasukan opini ke dalam sebuah berita
5. Harus
menguji tentang kebenaran informasi tersebut
6. Wartawan
menerapkan asas praduga tak bersalah
7. Wartawan
harus menghasilkan berita yang akurat
8. Wartawan
harus menjaga jarak dengan objek laporan untuk menjaga objektivitas laporan
9. Dalam
menulis sebuah laporan, wartawan tidak boleh mementingkan kepentingan pribadi
10. Wartawan
tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, cabul
11. Wartawan
harus mengingat rumus 5W + 1H
12. Tidak
semua peristiwa bisa dijadikan berita, wartawan harus mengacu pada nilai-nilai
berita
13. “semakin
kaya seorang peliput (wartawan), maka semakin kaya juga objek yang diliputnya,
dan sebaliknya,”
14. Ciri khas berita khas yaitu menggunakan gaya
berkisah
15. Berita
khas dapat mengawetkan sebuah peristiwa, meskipun berita yang sudah disajikan
beberapa minggu yang lalu masih bisa dibaca
16. Penulis
tidak setuju dengan sebutar istilah feature
news
DAFTAR PUSTAKA
Kusumaningrat,
Hikmat Kusumaningrat, Purnama , 2012, Jurnalistik
Teori dan Praktik; Bandung. PT
Remaja Rosdakarya
Santana, Septiawan.
2005. Menulis Feature. Bandung.
Pustaka Bani Quraisy
Sumadiria, AS Haris.
2008. Jurnalistik Indonesia Menulis
berita dan Feature. Bandung. Simbiosa Rekatama Media
Ningrum, Fatmasari.
2007. Sukses menjadi Penyiar, Scriptwriter, & Reporter Radio. Jakarta.
Penebar Plus+
Komentar
Posting Komentar