Apresiasi Bab 20 Paradigma Naratif Berdasarkan Penelitianwalter Fisher Oleh Richard West Dan Ryan H. Turner
Apresiasi
Bab 20 Paradigma Naratif
Berdasarkan Penelitianwalter Fisher
Oleh
Richard West Dan Ryan H. Turner
I.
Rangkuman
Paradigma naratif mengemukakan keyakinan bahwa manusia
adalah seorangpencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika
menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Dengan kata lain, kita tidak akan
terbujuk oleh sebuah cerita yang bagus dibandingkan oleh sebuah argumen yang baik.
Robert Rowland (1989) berkoentar jika ide bahwa orang
pada dasarnya adalah seorang pencerita telah diadopsi oleh banyak disisplin
ilmu berbeda termasuk sejarah, biologi, antropologi, sosiologi, filsafat,
psikologi, dan teologi.
Paradigma adalah konsep yanglebih luas daripada sebuah
teori. Fisher menyatakan bahwa penggunaan istilah paradigma pada usaha untuk memformalisasi dan mengarahkan pemahaman
kita mengenai pengalaman dari semua komunikasi manusia. Paradigma naratif
mmberikan sebuah cara berpikir yang berbeda mengenai duniadaripada yang dikemukakn
oleh paradigma dunia rasional. Dengan naratif, Fisher mengatakan, kita bergerak
dari dualisme hanya/atau menuju perasaan yang lebihutuh yang membentuk ilmu,
filsafat, kisah, mitologi, dan logik. Paradigma naratif memberikan sebuah
alternatif dari paradigma dunia rasional tanpa menegasi rasionalitas
tradidional.
Fisher bergumen bahwa paradigma naratif mencapai rgeseran
ini dengan menyadari bahwa “beberapa wacana lebih jujur, dapat diandalkan,
dapat dipercaya dalam hal pengetahuan, kebenaran, dan realits daripada beberapa
wacana yang lain, tapi tidak ada bentuk
atau genre memiliki klaim akhir dari
kebajikan-kebajikan ini” (1987, hal 19; penekanan seperti pada aslinya).
Asumsi
paradigma naratif
Aspek penting dari paradigma naratif adalah bahwa mereka
bertolak belakang dengan paradigma dunia rasional, sebagaimana kedua logika
tersebut berbeda. Fisher (1987) meyatakan lima asumsi:
·
Manusia
pada dasarnya adalah makhluk pencerita
·
Keputusan
mengenai harga dari sebuah cerita didasarkan pada “pertimbangan yang sehat”
·
Pertimbangan
yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter
·
Rasionalitas
didasarkan pada penilaian orang mengenai konsistensi dan kebenaran sebuah
cerita
·
Kita
mengalami dunia sebagai dunia yang diisi dengan cerita dan kita harus memilih
cerita yang ada.
Asumsi paradigma naratif membandingkan dengan lawannya
yaitu paradigma rasional.
Paradigma
naratif
·
Manusia
adalah makhluk pencerita
·
Pengambilan
keputusan dan komunikasi didasarkan pada “pertimbangan yang sehat”
·
Pertimbangan
yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter
·
Rasionalitas
didasarkan pada kesadaran orang tentang bagaimana sebuah cerita konsisten
secara internal dan benar sebagaimana pengalaman hidup yang dijalani
·
Dunia dialami oleh sebagai sebuah kumpulan
cerita yang harus dipilih salah satunya.
Paradigma dunia rasional
·
Manusia
adalah makhluk rasional
·
Pengambilan
keputusan didasarkan pada argumen
·
Argmen
mengikuti kriteria khusus untuk mencapai pertimbangan yang sehat dan logika
·
Rasionalitas
didasarkan pada kualitas pengetahuan dan proses pemikiran formal
·
Dunia
dapat direduksi menjadi sebuah rangkaian hubungan logis yag disingkap melalui
pemikiran logis.
Pertama, paradigma naratif brasumsi bahwa sifat esensial
dari manusia berakar dalam serita dan bercerita
Asumsi kedua, menyatakan bahwa orang membuat keputusan
mengenai cerita mana yang akan diterima dan mana yang ditolak berdasarkan apa
yang masuk akal bagi dirinya, atau pertimbangan yang sehat.
Asumsi ketiga, berkaitan degan apa yang secara khusus
mempengaruhi pilihan orang dan memberikan alasan yang bik untuk mereka.
Asumsi keempat, membentuk sebuah masalah inti dari
pendekatan naratif.
Terakhir, perspektif Fisher didasarkan pada asumsi bahwa
dunia adalah sekumpulan cerita, dan ketika kita memilih diantara cerita-cerita
tersebut, kita mengalami kehidupan secara berbeda, memungkinkan kita untuk
menciptakan ulang kehidupan kita.
Konsep
kunci dalam pendekatan naratif
NARASI
Narasi sering kali dianggap sebagai sekadar sebuah
cerita, tetapi bagi Fisher narasi lebih dari sekadar cerita yang memiliki plot
dengan awal, pertengahan, dan akhir. Dalam perspektif Fisher, narasi (narration) mencakup deskripsi verbal
atau nonverbal apapun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi
makna. Naratif bukan sebuah genre khusus (cerita dibandingkan dengan puisi
misalnya), melainkan sebuah bentuk pengaruh sosial. Bahkan, merupakan ide
Fisher bahwa semua kehidupan disusun dari cerita-cerita naratif.
RASIONALITAS
NARATIF
Rasionalitas naratif (narrative rationality) yang
memberikan kita sebuah cara untuk menilai naratif yang cukup berbeda dari
metode tradisional yang ditemukan dalam paradigma dunia rasional.
Koherensi, merupakan standar yang penting dalam menilai
rasionalitas naratif pada akhirnya akan menentukan apakah seseorang menerima
naratif tertentu atau menolaknya dan merujuk pada konsistensi internal dari
sebuah naratif. Koherensi didasarkan pada tiga tipe konsistensi yang spesifik:
koherensi struktural, material, dan karakterologis.
KOHERENSI STRUKTURAL, yaitu berpijak pada tingkatan
dimana elemen-elemen dari sebuah cerita mengalir dengan lancar.
KOHERENSI MATERIAL, merujuk pada tingkat kongruensi
antara satu cerita dengan cerita lainnya yan sepertinya berkaitan dengan cerita
tersebut.
KOHERENSI KARAKTEROLOGIS, merujuk pada dapat dipercayanya
karakter-karakter pada sebuah cerita.
Kebenaran
standar paling pentinglain
untuk menilai rasionalitas naratif adalah kebenaran atau reliabilitas dari
sebuah cerita. Cerita dengan kebenaran terdengan sungguh-sungguh bagi seorang
pendengar.
LOGIKA DARI GOOD REASON. Berhunbungan dengan ide Fisher
akan ketepatan adalah metode utama yang ia kemukakan untuk menilai ketepatan
naratif; logika pertimbangan yang sehat.
II.
Apresiasi
Bab
20 mengenai Paradigma Naratif Berdasarkan
Walter Fisher dalam buku Pengantar
Teori Komunikasi, Analisis, dan Aplikasi oleh Richard West dan Ryan H.
Turner dimulai dengan sebuah cerita mengenai beberapa orang yang memberikan
gambaran mengenai teori komunikasi. Saat pertama kali saya membaca bab ini,
saya merasa pusing dan tidak mengerti mengenai bahasan isi atau maksud yang ada
di bab 20. Dikarenakan penggunaan bahasa
yang kaku atau cukup menyulitkan sehingga saya membutuhkan dua kali membaca sampai saya mengerti bahasan
tersebut.
Kalimat
yang digunakan cukup menyulitkan karena buku tersebut merupakan sebuah
terjemahan. awalnya saya mengira bahwa contoh cerita yang disajikan tidak
relevan dengan apa yang dibahas pada bab 20, namun ternyata cerita tersebut
mengantarkan pembaca pada bahasan mengenai paradigma. Jika memilih, buku yang
membahas paradigma naratif, maka saya akan lebih memilih buku Komunikasi Naratif oleh Drs. Alex Sobur
, M. Si, karena ia menggunakan bahasa yang mudah untuk dimengerti.
Pada
dasarnya manusia bisa lebih terbujuk oleh sebuah cerita yang menarik
dibandingkan sebuah argumen yang baik. Sehingga dalam cerita yang diberikan
diawal bab, awalnya Miles tidak mempunyai minat mengenai kandidat tersebut, tetapi
berkat cerita yang digunakan oleh Jorge
dalam kampanye. Sehingga Miles memberikan hak suaranya diberikan kepada Jorge
yang memberikan selebaran tentang serangkaian cerita pendek. Fisher bisa
menyatakan sifat dasar manusia adalah menceritakan kisah.
Berbeda
dengan buku Komunikasi Naratif oleh
Drs. Alex Sobur , M. Si,. Di buku tersebut dalam membahas paradigma naratif
langsung pada pokok pembahasan dan disajikan pengertian-pengertian paradigm
naratif dari beberapa orang. Namun berbeda dengan bab 20, sebelum masuk ke
pembahasan mengenai paradigma naratif, penulis menyajikan contoh cerita yang
berkaitan dengan paradigma naratif.
Selain
itu dengan buku Komunikasi Naratif oleh
Drs. Alex Sobur , M. Si, lebih lengkap jika dibandingkan dengan buku Pengantar Teori Komunikasi, Analisis, dan
Aplikasi oleh Richard West dan Ryan H. Turner. Contohnya di bab 20 tidak
dijelaskan mengenai teori dan struktur naratif, pengetahuan narasi ‘versus’
pengetahuan ilmiah, riset naratif, gagasan pokok dan langkah-langkah riset
naratif, wawancara naratif, penulisan laporan naratif, sehingga bisa dikatakan
bahwa di bab 20 pembahasan mengenai naratif kurang lengkap. Orang-orang yang
belum terlalu mengenai naratif akan sedikit mendapatkan pengetahuan dari bab
20.
Menurut
buku Jurnalistik Indonesia Menulis berita
dan Feature karya AS Haris Sumadiria, menjelaskan mengenai naratif primer
dan naratif simpangan. Naratif yang berarti kisah , primer yang artinya utama,
simpangan yang artinya menyimpang.
Bagi
Lyotard, ia menjelaskan dalam bukunya The
Postmodern Condition: A Report of
KnowledgeI (1984), narasi adalah bentuk intisari dari pengetahuan umum
dalam lebih dari satu cara.
Pertama,
cerita popular mengisahkan apa yang bisa disebut sebagai masa magang positif
atau negatif: dengan kata lain, kesuksesan atau kegagalan menyambut usaha sang
hero.
Kedua,
tidak seperti bentuk pengembangan wacana pengetahuan, bentuk narasi menyediakan
sendiri sejumlah besar permainan bahasa.
Ketiga,
berkaitan dengan transmisi narasi, biasanya mematuhi peraturan yang membatasi
pragmatika transmisinya.
Keempat,
dari pengetahuan narasi yang memberikan telaah mendalam adalah efek waktunya.
Dalam memilih
sebuah kata yang diterjemahkan, bab ini kurang konsisten menggunakan bahasa.
Ada di halaman 53, dari keseluruhan tulisan di bab 20 menggunakan bahasa
Indonesia tetapi pada halaman tersebut ada kata “Good Reason” sehingga bab ini tidak konsisten terhadap kata yang
digunakan. Terdapat kata yang penempatannya kurang tepat seperti ‘karena’ yang
disimpan diawal kalimat, kata yang berada dalam tanda petik diawal kata tidak
menggunakan huruf besar, ‘diantara’ seharusnya disatukan tetapi saya menemukan
kata tersebut malah dipisah.
Komentar
Posting Komentar