DITODONG DOSEN YANG BERBUAH MANIS - Putri Salma Suhardi



DITODONG DOSEN YANG BERBUAH MANIS
Putri Salma Suhardi salah satu mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Pasdjadjaran angkatan 2015 berhasil mendapatkan juara dikompetisi yang diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa Komunikasi Universitas Gadjah Mada yakni kompetisi Ajisaka yang diadakan pada tanggal 4-5 November 2016.
Ajisaka merupakan kompetisi kreatif nasional dibidang komunikasi. Ada empat bidang yang dilombakan, terdiri dari Prahasta, Kresna, Sadewa, dan Arjuna. Putri beserta timnya mendapatkan gelar sebagai juara 1 dibidang Prahasta. Prahasta (Pertempuran Humas Nusantara) merupakan salah satu bidang yang dilombakan dimana kebutuhan akan public relations meningkat dan PR yang cerdas tidaklah cukup. Sehingga dibidang Prahasta akan dilihat sejauh mana keahlian menjadi seorang PR.
Sansan, sapaan akrabnya, bersama tim yang terdiri dari Inayah Zahra Zahirah dan Duwy Sartika berhasil memperoleh juara 1 dengan membuat proposal City Branding Bukittingi sebagai Dreamland of Sumatera. Mereka berhasil mengalahkan tim dari Universitas Indonesia, Universitas Negeri Semarang, Unida Bogor, dan tim lain dari Universitas Padjadjaran. Saat ditanya mengenai universitas yang menjadi saingan terberat, Sansan menjawab Universitas Indonesia.
“Karena city Branding mereka lebih spesifik yaitu disalah satu kota di Aceh dan mereka juga memfokuskan ke produk kopinya,” ujar perempuan berkerudung ini.
Meskipun menjadi saingan terberat, namun Sansan dan timnya berhasil menjadi juara di kompetisi Ajisaka 2016. Menurutnya, tim dari Unpad memiliki kelebihan dibanding tim dari universitas lain yaitu bentuk penyampaian presentasi yang timnya lakukan lebih bagus dan lebih banyak menggunakan dummy.
Sansan menceritakan awal mula ia dan timnya bisa ikut kompetisi Ajisaka 2016. Ia mengikuti kompetisi tersebut bermula karena mahasiswa Prodi Hubungan Masyarakat ”ditodong” oleh dosen mata kuliah Public Speaking untuk mengikuti kompetisi Ajisaka 2016 di Yogyakarta dengan mengirimkan minimal tiga tim.
“yaa dosen matkul Public Speaking nyuruh buat ikutan Ajisaka, ngirim tiga tim untuk ikut lomba. Kalau nggak ngirim, nilai Public Speaking di semester satu bakalan diturunin,” ujar perempuan asal Pekanbaru, Riau ini.
Penurunan nilai tersebut dari A menjadi B, nilai B menjadi C, dan seterusnya. Namun dari todongan dosen tersebut Sansan membuat proposal dan ia terpilih untuk mengikuti kompetisi Ajisaka bersama Inayah dan Duwy.
Menurut Sansan, tidak ada pemilihan anggota untuk menjadi perwakilan dari Unpad agar bisa mengikuti kompetisi Ajisaka, siapapun bisa ikut.
“kita yang Prahasta di coaching oleh dosen yaitu Pak Ari dan Pak Sani,” ucapnya.
Sansan dan timnya membuat sebuah proposal lomba kemudian proposal tersebut dikirim ke pihak penyelenggara Ajisaka 2016. Proposal dari berbagai universitas kemudian di seleksi dan proposal yang ia dan timnya kirim berhasil terpilih untuk maju ke babak final.
Proposal yang ia kirim adalah City Branding Bukittinggi sebagai Dreamland of Sumatra. Ia memilih Bukittinggi, karena Bukittinggi merupakan kota yang indah, bagus dan banyak sejarah yang ada disana namun itu tidak terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia. Menurut mahasiswa kelahiran 1998 ini, pengerjaan proposal tersebut cukup singkat yaitu selama enam hari, meskipun sedang mengerjakan sebuah proposal untuk kompetisi, ia mengatakan bahwa kuliah yang ia jalani tidak terganggu.
Sansan merupakan mahasiswa yang aktif berorganisasi. Saat ini ada empat organisasi yang ia ikuti yaitu Fokus, BKI, BEM Fikom dan KJ21. Meskipun menjadi mahasiswa yang sibuk, ia masih bisa mengatur waktu kegiatan antara kuliah dan kegiatan diluar perkuliahan.
“Biasanya pagi sampai sianng kuliah, siang sampai sore aku berorganisasi, terus kalau malem biasanya diwaktu itu aku ngerjain tugas,” 
Ia pun tidak setuju dengan anggapan bahwa aktifnya diorganisasi dapat menghambat perkuliahan. Karena mengatur waktu dan jadwal kegiatan setiap orang pasti berbeda, dan ia pun belum pernah mengalami hambatan tersebut. Antara jadwal kuliah dan kegiatan diluar kuliah masih bisa ia atur.
Berwalan karena ditodong oleh dosen mata kuliah Public Speaking, perempuan berusia 18 tahun ini berhasil mendapatkan gelar juara di kompetisi Ajisaka 2016 yang dilaksanakan di Yogyakarta November lalu. Selain mendapatkan gelar juara, ia pun mendapatkan pengalaman saat menjadi finalis di kompetisi tersebut, karena Ajisaka merupakan kali pertama ia mengikuti kompetisi. Ditodong dosen yang berbuah manis. RNH

Komentar