JANGAN MELIHAT SESEORANG DARI KEKURANGAN




Memiliki kekurangan bukanlah halangan dalam beraktivitas dan menjadi halangan dalam meraih kesuksesan. Meski ejekan sempat menghampiri Esther Novita Inochi Panjaitan, seorang mahasiswi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Ia mengalami keterbatasan dalam indera pendengaran, namun adanya kekurang dalam fisiknya tak membuat ia menutup diri.
            Saya melakukan wawancara dengannya setelah perkuliahan selesai. Ia merasa tidak sungkan membagi cerita perjalanan hidupnya kepada saya. Jika dilihat dari namanya, terdapat kata-kata yang berbau Jepang. Ochi, sapaan akrab utnutknya, mengatakan bahwa ia lahir dan pernah tinggal di Jepang saat sang ayah melanjutkan pendidikan S3 di negeri sakura itu.
            “ketika ayah melanjutkan pendidikan ke Jepang demi mengejar gelar doktor, mamahku memilih untuk ikut kesana dan waktu itu memang mereka baru menikah.” Ucapnya ketika berbagi cerita.
Menurut pengakuan anak perempuan ke-1 dari 3 bersaudara ini, kekurangan yang ia miliki sudah diketahui sejak dalam kandungan sang ibu. Namun ia mengetahui bahwa memiliki kekurangan dalam indera pendengaran ketika memasuki kelas 1 SD. Saat itu orang tua membawanya ke dokter untuk memeriksakan indera pendengaran Ochi ke dokter spesialis, dan hasilnya menunjukkan bahwa ia mengalami masalah pada pendengarannya.
            “waktu kecil, memang aku selalu meminta pengulangan kata ketika orang tuaku berbicara, karena itulah aku diperiksakan ke dokter.” Ujar perempuan yang lahir di Osaka, Jepang ini.
            Mengetahui bahwa ada  masalah pada indera pendengarannya, ia merasa tidak terima dan ia pun marah. Pernah terbesit dalam pikirannya bahwa ia hidup tidaklah ada gunanya.
            “saat itu aku tidak menerima dengan keadaan seperti ini,” ucapnya.
            Dengan bantuan alat pendengar yang terpasang di telinganya, Ochi merasa malu karena dari segi penampilan, alat bantu dengar tersebut terpasang di tempat yang terlihat oleh orang-orang dan pada bagian telinga akan tampak berbeda dengan teman-temannya. Namun rasa malu tersebut kini sudah hilang,  ia lebih percaya diri dengan penampilannya meski ada yang berbeda dari teman lainnya.
            Dalam menjalani kehidupan, Ochi pernah merasakan ejekan dari teman-temannya yaitu berupa ejekan verbal.
“dulu waktu SD, pernah ada temen laki-laki yang nge-bully aku. Dia menirukan gaya orang tuli, aku merasa ga terima dengan ejekan itu,”
            Sifat Ochi yang tempramen sehingga adanya ejekan tersebut, ia langsung memukul teman laki-lakinya hingga anak tersebut pada saat itu tidak berani untuk mengejeknya kembali.
“tapi besoknya dia “kambuh” lagi. Dia tetap mengejekku lagi,” ungkap perempuan kelahiran 5 November 1996 ini.
Bully-an tersebut membuatnya merasa dikucilkan, iapun langsung menyendiri, sampai tidak ingin bersekolah. Bukan hanya di SD, ketika SMP pun ia masih mendapat ejekan dari teman-temannya dengan sebutan “conge”.
Selain itu ketika masih di sekolah dasar banyak teman-temannya  yang bermain bersama tetapi ia tidak diajak bermain.
“Atau pas bermain lompat tali, aku hanya dijadikan sebagai penjaga saja tanpa ikut bermain, karena teman-teman menilai bahwa aku tidak bisa melakukan seperti yang teman-teman lakukan.” Ungkapnya
Menurutnya ejekan sewaktu SD merupakan satu hal terburuk dalam hidup. Namun ia berhasil bangkit dari keterpurukannya karena mendapat dukungan dari orang tua, teman-teman yang lain, akhirnya ia pun berpikir bahwa hidup itu memiliki tujuan dan tujuan tersebut harus direalisasikan, dan hidup itu bukan hanya untuk masa kini tetapi juga dimasa depan ada yang menanti.
Dalam hal pendidikan, orang tua sangat mendukung Ochi agar tetap melanjutkan tingkat pendidikan. Dukungan dari orang tua yaitu dengan mendukungnya untuk tetap bersekolah meski selalu mendapat ejekan.
“ayah selalu mendukung dengan meminta aku untuk tidak absen pada saat sekolah maupun kuliah,” ucapnya.
            Dalam menerima informasi dalam belajar ketika bersekolah, Ochi selalu meminta buku catatan teman, sehingga untuk mendapatkan informasi yang disampaikan oleh guru ia dibantu oleh tamn-temannya. Sebenarnya ketika di sekolah, ia juga memperhatikan guru yang mengajar tetapi ketika menulis justru ia tidak bisa fokus.
Ketika berkomunikasi dengan lawan bicaranya, Ochi memperhatikan mulut orang yang sedang bicara. Maksudnya, maksudnya ia akan memerhatikan mulut seseorang ketika berkomunikasi, sehingga pesan yang disampaikan lawan bicaranya bisa ia terima. Selain memerhatikan mulut seseorang ketika berbicara, ia memakai alat bantu pendengaran sehingga suara yang diterima bisa lebih jelas.
Fungsi dari alat tersebut adalah untuk membantu pendengarannya dalam menerima suara agar lebih jelas, ia bisa saja berkomunikasi dengan cara melihat seseorang ketika berbicara tetapi suara yang diterima  kurang jelas jika tidak memakai alat tersebut.
Alat tersebut ia dapat dari pusat alat bantu dengar.
“Sebetulnya alatnya tidak diganti secara rutin tetapi  untuk selang dan cetakannya pasti diganti, kalaupun alatnya diganti karena mengikuti perkembangan”
Selain sibuk menjadi mahasiswa, ia tengah sibuk menjadi wakil koordinator acara di kegiatan KPSPMKU yaitu untuk penyerahan maba (mahasiswa baru), dan mengikuti IMKK atau unit mahasiswa Kristen di Universitas Padjadjaran.
Sekarang kehidupannya tidak lagi berfokus pada kekurangan yang ia miliki tetapi berfokus pada manajemen waktu.
“Bagaimana cara melawan rasa malas, disaat aku bersemangat mengikuti kegiatan disitu rasa malas melanda. Aku harus menghilangkan rasa malas dengan selalu mengingat motivasiku” Ungkapnya.
Selama ini ia mengalami suka duka dalam menjalani kehidupan, ia merasakan bahagia ketika  teman-temannya membantu dengan tulus tanpa melihat kekurangannya yang kadang itu membuatnya terharu. Namun dalam dukanya, ketika ia diejek dan merasa dianggap tidak bisa melakukan apa-apa.
“Padahal aku tahu bahwa aku bisa melakukan hal tersebut,” ujar Ochi.
Ia memiliki pesan bagi  orang-orang yang mengalami hal serupa dengannya yaitu jangan melihat dari kekurangannya saja tetapi lihatlah dari kelebihan yang dimiliki, memiliki tujuan dalam hidup, kelilingi diri dengan orang-orang yang supportif dan mendukung apa yang dikerjakan.
Kemudian ia pun memiliki pesan bagi orang-orang selalu mem-bully dirinya sewaktu kecil maupun bagi orang yang selalu di­-bully karena memiliki kekurangan.
“jangan lihat orang dari kekurangannya, kamu ga tau kedepannya mereka akan seperti apa, dan kamu ga punya hak untuk menghakimi dia. Jangan ejek mereka yang mengalami disabilitas, mereka punya hati, masa iya mereka sudah sakit karena menerima kenyataan kalau mereka cacat, terus kamu tambah sakit itu dengan mengejek dia, sakilah hatinya.”

Komentar