“Kami putra putri Indonesia
menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”
Itulah
penggalan kalimat dari sumpah pemuda yang menyatakan bahasa Indonesia adalah
bahasa persatuan bangsa. Bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928 ketika
para pemuda Indonesia melakukan ikrar yang disebut ikrar sumpah pemuda. Para
pemuda saat itu memberi pengakuan bahwa bahasa Indonesia menjadi bahasa
persatuan dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, karena itulah Oktober biasa
diperingati sebagai bulan bahasa dan sastra.
Indonesia
merupakan negara yang kaya akan bahasa, Ethnologue
(2015) mencatat bahwa di Indonesia ada 707 bahasa yang dituturkan oleh sekitar
221 juta penduduk. Untuk itu, bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa
nasional agar menjadi pemersatu dan penghubung bagi seluruh masyarakat
Indonesia dalam berkomunikasi.
Di
era globalisasi saat ini, masihkah bahasa Indonesia diapresiasi tinggi? Apalagi
banyaknya budaya luar yang berkembang di Indonesia, serta penggunaan bahasa
asing yang dianggap lebih modern, agar terlihat lebih keren, dan semakin populernya bahasa Inggris sebagai bahasa
Internasional.
Bisa
kita rasakan, tak sedikit orang tua mengajarkan bahasa asing sejak dini kepada
anaknya dengan alasan untuk memudahkan anak tersebut berkomunikasi dalam bahasa
asing ketika ia dewasa. Ini tak sepenuhnya salah jika orang tua tetap
mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu.
Selain
itu, sering kita lihat penggunaan kata-kata bahasa Indonesia yang diganti ke
bahasa Inggris, sehingga nilai yang diperoleh menjadi lebih tinggi. Contohnya dalam
memberikan nama makanan atau minuman, es teh menjadi ice tea, kopi hitam menjadi black coffee, ayam goreng menjadi fried chicken, nasi goreng menjadi fried rice. Pemberian nama makanan
dengan menggunakan bahasa Inggris mengakibatkan harga yang ditawarkan pun
menjadi lebih tinggi, seperti nasi goreng menjadi fried rice, jika nama yang digunakan adalah nasi goreng maka bisa
berharga Rp10.000 tetapi ketika yang digunakan kata fried rice maka bisa menjadi Rp15.000.
Undang-Undang
nomor 24 tahun 2009 pasal 25 ayat (1) mengatakan bahwa bahasa berfungsi sebagai
jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa,
serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. Jadi jati diri
bangsa Indonesia adalah terletak dari bahasanya, jika bahasa Indonesia mulai memudar
maka sama artinya dengan jati diri yang mulai hilang.
Informasi
yang diperoleh dari Republik.co.id
bahwa peneliti bahasa dari Balai Bahasa
Jawa Timur (BBJT) menyatakan Bahasa Indonesia saat ini sudah diajarkan
oleh 46 negara di kawasan Asia, Australia, Amerika, Afrika, Eropa, maupun Timur
Tengah. Adanya penelitian tersebut bisa dilihat bahwa kita seharusnya bangga
dengan Bahasa Indonesia yang justru diajarkan dan dipelajari oleh orang-orang
di luar negeri.
Meskipun
hanya diperingati pada Oktober saja tetapi adanya peringatan bulan bahasa dan
sastra bisa menjadi salah satu upaya dalam mengembangkan bahasa Indonesia dan
bisa menjadi penyemangat bangsa dalam memelihara bahasa Indonesia. Namun, tidak
semua orang mengetahui bahwa Oktober diperingati sebagai bulan bahasa. Saya
sengaja memberikan sebuah pertanyaan kepada salah seorang teman mengenai bulan
bahasa, “apakah kamu tahu ada sebuah peringatan di bulan Oktober?” kemudian ia
menjawab adanya peringatan kesaktian Pancasila, ya memang benar salah satunya
peringatan kesaktian Pancasila, namun bukan itu yang saya maksud. Setelah itu
saya memberitahunya jika di bulan ini ada peringatan bulan bahasa dan sastra.
Ternyata teman saya tidak mengetahui jika Oktober diperingati sebagai bulan
bahasa dan sastra.
Saya
pun memberikan pertanyaan serupa kepada beberapa orang, dan jawabannya sama
seperti teman saya sebelumnya. Mereka tidak mengetahui bahwa Oktober
diperingati sebagai bulan bahasa. Jadi bisa dilihat jika peringatan mengenai
bulan bahasa dan sastra masih kurang diketahui oleh khalayak. Semoga dengan
adanya artikel ini, khalayak bisa mengetahui bahwa ada peringatan Bulan Bahasa
pada Oktober.
Sebagai
bangsa Indonesia sepatutnya kita bangga dengan penggunaan bahasa Indonesia yang
menjadi bahasa pemersatu, dengan bahasa Indonesia pula kita dapat berkomunikasi
dengan seseorang yang berbeda kebudayaan maupun berbeda daerah. Adanya
peringatan bulan bahasa dan sastra bisa menjadi salah satu upaya dalam
melestarikan bahasa Indonesia agar tidak terasingkan di negeri sendiri. Jika
bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan bahasa Indonesia?
Komentar
Posting Komentar